Jerat Maut Ancam Sang Raja Hutan: Mari Lindungi Harimau Sumatra

Jerat Maut Ancam Sang Raja Hutan: Mari Lindungi Harimau Sumatra

Dokter hewan Rumah Sakit Hewan Sumatra Barat tengah memeriksa bangkai Harimau Sumatra yang mati terjerat perangkat babi di Palembayan, Agam. [Foto: BKSDA Sumbar]

Padang, Padangkita.com - Berita duka kembali datang dari hutan Sumatra. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, setidaknya dua individu harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) ditemukan tewas akibat jerat.

Terbaru, seekor harimau ditemukan mati di Nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, pada Kamis (25/7/2024).

Kematian tragis ini semakin menguatkan kekhawatiran akan semakin menipisnya populasi Inyiak Balang.

Habitat yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan dan perburuan liar menjadi ancaman utama bagi keberadaan satwa ikonik Indonesia ini.

Jerat, yang awalnya ditujukan untuk menangkap hewan buruan seperti babi hutan, justru menjadi ancaman serius bagi predator puncak seperti harimau.

Ketika terjerat, harimau mengalami luka parah, kesulitan bergerak, dan akhirnya mati karena kelaparan atau infeksi.

"Sangat memprihatinkan melihat kematian harimau akibat jerat terus berulang. Ini menunjukkan bahwa upaya konservasi yang telah dilakukan belum cukup efektif," ungkap Andri Mardiansyah, Founder Yayasan Jejak Harimau Sumatra.

Andri menambahkan, konflik antara manusia dan harimau semakin kompleks. Di satu sisi, harimau dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.

Di sisi lain, harimau juga merupakan bagian penting dari ekosistem dan memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat Indonesia.

"Kita perlu menemukan solusi yang menyeimbangkan kepentingan manusia dan kelestarian alam. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga habitat harimau dan melarang penggunaan jerat adalah langkah awal yang harus dilakukan," tegas Andri.

Harimau Sumatra memiliki tempat yang istimewa dalam budaya masyarakat Indonesia. Namun, di sisi lain, hewan ini juga seringkali dianggap sebagai ancaman. Persepsi yang berbeda ini membuat upaya konservasi harimau menjadi semakin sulit.

"Kita harus mengubah persepsi masyarakat tentang harimau. Harimau bukan hanya sekadar predator, tetapi juga sebagai simbol keberlanjutan ekosistem. Dengan melindungi harimau, kita juga melindungi hutan dan keanekaragaman hayati lainnya," ujar Andri.

Untuk menyelamatkan harimau Sumatera, dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan. Upaya konservasi harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.

Baca Juga: Harimau Sumatra Ditemukan Mati Terjerat Perangkap Babi di Agam

"Peringatan Hari Harimau Sedunia yang jatuh pada tanggal 29 Juli ini harus menjadi momentum bagi kita semua untuk meningkatkan upaya pelestarian harimau. Mari kita bekerja sama untuk melindungi satwa langka ini agar anak cucu kita nanti masih bisa melihatnya," tutup Andri. [*/hdp]

Baca Juga

Harimau Sumatra Ditemukan Mati Terjerat Perangkap Babi di Agam
Harimau Sumatra Ditemukan Mati Terjerat Perangkap Babi di Agam
Harimau Sumatra Terekam CCTV Berkeliaran di Pekarangan Masjid, BKSDA Turunkan Tim
Harimau Sumatra Terekam CCTV Berkeliaran di Pekarangan Masjid, BKSDA Turunkan Tim
Harimau Sumatra Terpantau di Saluran Air, Tim BKSDA Lakukan Penanganan Cepat
Harimau Sumatra Terpantau di Saluran Air, Tim BKSDA Lakukan Penanganan Cepat
Harimau Sumatra di Tigo Nagari Berhasil Dievakuasi Setelah 8 Bulan Berkeliaran
Harimau Sumatra di Tigo Nagari Berhasil Dievakuasi Setelah 8 Bulan Berkeliaran
Harimau Sumatra Kembali Teror Warga Tigo Nagari, Ternak Jadi Korban
Harimau Sumatra Kembali Teror Warga Tigo Nagari, Ternak Jadi Korban
Harimau Sumatra di Sijunjung Bikin Gempar Warga, Ini Peringatan BKSDA
Harimau Sumatra di Sijunjung Bikin Gempar Warga, Ini Peringatan BKSDA