Painan, Padangkita.com – Jembatan Akar adalah jembatan unik dan langka yang menjadi destinasi unggulan di Pesisir Selatan (Pessel), Sumatra Barat (Sumbar). Namun, beberapa tahun belakangan, pamornya memang sedikit tenggelam oleh destinasi wisata yang menjual keindahan pantai, laut dan pulau-pulau.
Padahal, objek wisata ini pernah menjadi primadona dan sangat terkenal, sehingga menjadi destinasi ‘wajib’ untuk dikunjungi, jika berwisata ke Pesisir Selatan (Pessel).
Objek wisata Jembatan Akar sebetulnya tak pernah ada saingan apalagi duplikat. Keunikan dan sejarah atau cerita rakyat yang membalut jembatan ini, membuat Jembatan Akar tetap sangat layak menjadi tujuan wisata.
Jembatan Akar yang bagi masyarakat setempat disebut sebagai ‘Titian Aka’, terletak di Nagari Puluik Puluik, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Jaraknya, sekitar 90 km dari Kota Padang, Ibu Kota Sumatra Barat (Sumbar).
Tak sulit untuk ke Jembatan Akar ini. Dengan kendaraan, mobil atau motor cuma butuh sekitar 2 jam saja untuk tiba di Jembatan Akar.
Sejarah Jembatan Akar
Sekitar lebih dari seabad lalu, di Puluik-puluik ada anak bernama Sokan. Ia dikenal sangat kreatif. Setelah dewasa dia dipanggil Pakiah Sokan. Gelar Pakiah, adalah penghormatan warga karena dia juga seorang ulama yang punya banyak murid.
Semasa hidupnya, Pakiah Sokan terkenal sangat dermawan dan punya kepedulian sosial yang tinggi. Ia gelisah, karena warga yang di antaranya adalah anak kemenakan dan murid-muridnya harus menyeberang Batang Bayang setiap hari.
Sebelum jadi Nagari Puluik-puluik, ada dua kampung yang dibelah oleh Batang Bayang. Yakni, Kampung Puluik-puluik dan Kampung Lubuk Silau di seberang. Jadi, setiap hari warga termasuk anak-anak Kampung Lubuk Silau harus menyeberang sungai jika mau ke pasar. Begitu pula warga atau anak-anak Puluik-puluik yang ingin mengaji ke Kampung Lubuk Silau.
Singkat cerita, Pakiah Sokan pun memutar otak bagaimana caranya membuat jembatan untuk menghubungkan Kampung Puluik-puluik dan Kampung Lubuk Silau. Jika dibuat dari bambu, sangat rentan ambruk atau dibawa air bah.
Dari sinilah kemudian muncul ide Pakiah Sokan untuk membuat jembatan dari akar pohon. Sebab, akar pohon yang hidup makin lama makin besar dan kuat. Namun, tentu bukan pohon sembarangan. Pohon yang dipilih harus yang punya akar yang panjang dan kuat.
Berbagai jenis pohon yang ada di hutan sekitar kampung pun dipelajarinya. Uji coba kemudian dilakukan terhadap berbagai jenis pohon. Hingga akhirnya pilihannya jatuh pada jenis kayu pohon kubang dan beringin.
Tahun 1916 Pakiah Sokan mulai menanam dua jenis pohon pilihanya, yakni pohon kubang dan beringin. Di sisi sungai Kampung Puluik-puluik ditanam pohon kubang dan di sisi sungai Kampung Lubuk Silau ditanam pohon beringin.
Pohon yang sudah ditanam itu oleh Pakiah Sokan tidak dibiarkan tumbuh begitu saja, tapi dirawat hingga tumbuh menjadi dua pohon yang besar. Setelah itu, barulah dipasangnya bambu sebagai titian. Karena kayu yang ditanam semakin besar dan subur, akar-akarnya pun mulai banyak dan memanjang.
Mulailah Pakiah Sokan menjalin atau menganyam akar ini satu persatu mengikuti titian bambu yang terpasang. Makin lama akar makin besar dan jalinan makin kuat.
Menurut tokoh masyarakat setempat, Yusmardi, butuh waktu 26 tahun, hingga jalinan akar kedua pohon besar benar-benar bisa dilalui sebagai jembatan atai titian.
Hingga kini, Jembatan Akar atau Titian Aka sepanjang 25 meter masih berdiri kokoh. Hanya saja, Jembatan Akar telah disepakati hanya untuk keperluan wisata. Untuk aktivitas masyarakat setempat telah dibangun jembatan permanen sekitar 50 meter dari lokasi.
Baca juga: Inilah Jembatan Jalan Tol Terpanjang di Pulau Jawa, Pemandangannya Menakjubkan
Nah, Anda pernah mencoba menyeberang di Jembatan Akar atau Titian Aka ini? [*/pkt]