Jakarta, Padangkita.com - "Buat kalian yang pendek sekali wawasannya, karena terlanjur terkotak-kotak, ngefans, dan lain-lain, ketahuilah Indonesia pernah 2 kali jadi tuan rumah MotoGP. Tahun 1996, tahun 1997."
Demikian celetuk Tere Liye, penulis novel 'Negeri Para Bedebah' dalam status Facebook pribadinya, yang turut mengomentari euforia MotoGP yang bakal menggelar balapan di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam unggahan kali ini Tere Liye ikut melampirkan satu foto lawas balapan motor yang dulu amat dipuja setinggi langit oleh masyarakat Indonesia di zamannya.
"Perhatikan foto ini, dari koleksi foto lama milik otomotifnet/gridoto. Foto saat sirkuit sentul di masa jaya-jaya-nya (GP500). Bukan main, penontonnya sampai di mana-mana. Berdiri di atas pagar, dll, dsbgnya," tulis dia.
Kembali ke masa kini, Tere Liye mengaku senang karena Indonesia akhirnya jadi tuan rumah lagi, tahun 2022 ini. Menurutnya Itu seru. Apalagi di era medsos, dimana foto-foto, video lebih mudah dibagikan. MotoGP ini jadi hiburan, selain nonton bola. Asyik sekali lihat pembalap-pembalap top 'nongkrong' di Lombok.
"Tapi ketahuilah, ayo, ketahuilah, Indonesia pernah jadi tuan rumah MotoGP. Sirkuit Sentul pernah digadang2 jadi pusat olahraga kecepatan di dunia. Dipuji2 setinggi langit. Indah. Keren. Megah. Bersorak-sorai. Hebat sekali. Sama kayak Mandalika hari ini," lanjut Tere Liye mengingatkan.
"Lantas apa nasib Sentul sekarang? Begitulah. Maka, semoga Mandalika tidak senasib."
Menurut dia, lagi-lagi, ingatan penduduk Indonesia itu puendeknya minta ampun. Gara-gara mereka menderita penyakit suka memuji, suka heboh sendiri. Tidak mau jasmerah sih.
Jelas Tere Liye "Proses pembangunan Sentul dan Mandalika itu kurang lebih mirip-mirip lah. Menggusur tanah penduduk? Ehem, ayo diakui saja. Menggunakan privilege. Sentul karena friend-an dengan Cendana. Mandalika, BUMN, pakai uang negara juga sih (meski tidak mau ngaku)."
Maka, tulis Tere Liye lagi, semoga kisah Sentul tidak terulang lagi. Karena repot, Ssst.... 10-20 tahun lagi, berganti rezim, mendadak penduduk Indonesia rame lagi memuji, memuja setinggi langit pembangunan sirkuit di Papua, atau Sulawesi, atau Maluku. Cantik banget. Keren, dll. Lagi-lagi, lupa sejarahnya.
"Saking asyiknya kita memuji, sampai lupa, hei, kita itu berpuluh tahun levelnya cuma tuan rumah. Puluhan juta motor laku di negeri ini. Indonesia, belum pernah melahirkan pembalap yg memenangkan MotoGP. Kita cuma jadi pasar. Panitia balapan memang suka banget bikin acara di sini, karena pasar pencinta motornya crazy."
Baca Juga : 27 Tahun Penantian, Track Sirkuit Mandalika Dipuji Pembalap MotoGP
"Maka, kita habiskan uang buat beli motor, bikin sirkuit, bayar right balapan, dll, dsbgnya, kita hanya obyek alias tempat jualan mereka saja. Kita bukan pemain sesungguhnya," tutup Tere Liye. [isr]