Padang, Padangkita.com - Universitas Andalas (Unand) menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan 2nd International Conference on Gender, Culture, and Society (2nd ICGCS) yang berlangsung selama dua hari, 24 dan 25 Oktober 2023.
Konferensi ini menghadirkan Keynote Speaker yang berasal dari berbagai negara, diantaranya Prof Rebecca Elmhirst (University Brighton, United Kingdom), Prof Shanthi Thambiah (Universiti of Malaya, Malaysia), Prof Emi Susanti (Universitas Airlangga, Indonesia), Prof Rachel Salazar Parrenas (University of Souther California), Yuerlita (Universitas Andalas, Indonesia), Surendrand Rajaratnam (UKM Malaysia) dan Darunee Punkaew, (Thailand).
Konferensi ini mengusung tema "Toward Sustainable Development and Gender Inclusion" dan diikuti oleh instansi pemerintah, LSM, dosen, peneliti, serta mahasiswa yang fokus meneliti dan mengamati isu tersebut.
Wakil Rektor III Universitas Andalas Ir. Insannul Kamil, mendukung dan mengapresiasi kolaborasi serta kerja sama antara Pusat Studi Gender, Anak, dan Keluarga (PPGak) Unand dengan Asosiasi Pusat Studi Wanita, Gender dan Anak Indonesia (ASWGI) dan berbagai pihak di seluruh dunia dalam mendiskusikan berbagai sudut pandang yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan dan inklusi gender.
"Kita memahami bahwa kesetaraan gender merupakan inti dari pencapaian pembangunan global. PBB menekankan pentingnya kesejahteraan penduduk global dan pengembangan internasional di tahun 2020-2030 dibutuhkan aksi dalam mengatasi kemiskinan yang meningkat, memberdayakan perempuan dan anak-anak, dan mengatasi perubahan iklim," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Kongres Asosiasi Wanita/Gender Indonesia Prof Emy Susanti mengemukakan pada konferensi ini, semua elemen turut bergerak untuk mendukung adanya penanganan kekerasan berbasis gender (KBG) yang baik di mana korban mendapatkan haknya.
“Kaum perempuan pada kenyataannya sering dirampas haknya ketika proses penanganan kasus-kasus kekerasan seksual,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa kekerasan seksual, yang juga sering disebut sebagai kekerasan berbasis gender, merupakan suatu tindakan kekerasan yang diarahkan kepada seseorang berdasarkan perbedaan jenis kelamin (biologis) atau identitas gender, baik dalam lingkup kehidupan publik maupun pribadi, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Baca Juga: Daftar 11 Anggota Satgas PPKS Unand yang Ditetapkan Rektor Prof Yuliandri
“Jenis kekerasan ini dapat mengambil berbagai bentuk, seperti kekerasan fisik, tindakan seksual yang bersifat lisan maupun non-lisan, kekerasan psikologis yang bersifat lisan maupun non-lisan, dan juga kekerasan ekonomi,” terangnya. [*/hdp]