Padang, Padangkita.com - Proses persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1446 Hijriah/2025 Masehi terus berjalan. Sesuai jadwal yang telah ditetapkan, jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Tanah Suci pada tanggal 2 Mei 2025 mendatang, dengan Embarkasi Padang (PDG) menjadi salah satu titik keberangkatan.
Namun, ada perubahan signifikan dalam proses pemberangkatan jemaah haji tahun ini. Pemerintah telah menetapkan bahwa jemaah haji Indonesia akan diterbangkan oleh tiga maskapai penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Saudi Arabia, dan Lion Group.
Khusus untuk jemaah yang berangkat dari Embarkasi Padang (PDG) dan Banjarmasin (BDJ), maskapai yang akan digunakan adalah Lion Air.
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Mahyudin, membenarkan informasi tersebut.
Ia menjelaskan bahwa pada musim haji tahun-tahun sebelumnya, jemaah dari Embarkasi Padang selalu diterbangkan menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
"Pemerintah telah menetapkan bahwa jemaah haji dari Embarkasi Padang, yang meliputi wilayah Sumatera Barat (Sumbar) dan Bengkulu, pada tahun ini akan diterbangkan menggunakan maskapai Lion Group. Ada dua embarkasi yang menggunakan Lion Air, yaitu Padang dan Banjarmasin. Keputusan ini harus kita terima dan laksanakan dengan sebaik-baiknya," ungkap Mahyudin, Kamis (20/3/2025).
Kakanwil Mahyudin juga mengakui bahwa penetapan Lion Air sebagai maskapai penerbangan bagi jemaah haji asal Sumbar dan Bengkulu telah menimbulkan berbagai opini di tengah masyarakat.
Terlebih lagi, citra Lion Air di masyarakat seringkali dikaitkan dengan keterlambatan penerbangan domestik atau yang lebih dikenal dengan istilah delay.
"Kita tidak bisa memungkiri isu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat bahwa pesawat Lion Air sering mengalami keterlambatan. Hal ini tentu berbeda dengan pesawat yang akan mengangkut jemaah haji, karena sistemnya adalah cateran atau booking time," terang Kakanwil.
Lebih lanjut, Kakanwil menyampaikan bahwa pihak Kementerian Agama telah melakukan audiensi dengan Direktur Utama Super Airjet (bagian dari Lion Group) terkait penerbangan domestik yang menggunakan sistem connecting. Ia menjelaskan bahwa gangguan pada satu titik penerbangan domestik dapat berdampak pada penerbangan lainnya.
"Berbeda dengan pesawat yang akan mengangkut jemaah haji, mereka menggunakan pesawat yang sama untuk mengantar dan menjemput. Ketika jemaah sudah sampai di Jeddah atau Madinah, pesawat itu akan kembali lagi ke tanah air untuk menjemput kelompok jemaah haji berikutnya," jelas Kakanwil.
Mahyudin menambahkan, jika terjadi gangguan teknis pada pesawat yang mengangkut jemaah haji, pihak maskapai akan segera menggantinya dengan pesawat cadangan yang telah disiapkan. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya hambatan atau penundaan penerbangan jemaah haji sangat kecil. "Jadi, kami mengimbau kepada seluruh jemaah haji untuk tidak perlu khawatir," pesannya.
Selain itu, Kakanwil juga menyampaikan informasi mengenai jenis pesawat yang akan digunakan oleh Lion Air untuk penerbangan haji. "Untuk penerbangan haji ini, Lion Air akan menggunakan pesawat Airbus 330 yang memiliki kapasitas 423 jemaah. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan kapasitas pesawat Garuda Indonesia yang hanya 393 orang. Dampaknya, jumlah kelompok terbang (kloter) dari Embarkasi Padang akan berkurang dari 17 kloter menjadi 15 kloter," terang Kakanwil.
Baca Juga: Kemenag Sumbar Sambut Baik Kesiapan Lion Air untuk Penerbangan Haji 2025
Dengan adanya perubahan maskapai penerbangan ini, Mahyudin kembali mengimbau kepada seluruh calon jemaah haji asal Sumatera Barat dan Bengkulu untuk tidak perlu merasa khawatir. Ia meyakinkan bahwa pola penerbangan untuk jemaah haji akan berbeda dengan pola penerbangan domestik pada umumnya. [*/hdp]