Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Berikut ciri dan tanda datangnya malam Lailatul Qadar.
Padangkita.com - Bulan Ramadan merupakan bulan paling mulia di sisi Allah. Di bulan ini, umat Islam bisa memperoleh pahala sebesar-besarnya melalui ibadah-ibadah yang dilakukan.
Tidak hanya karena hitungan pahalanya yang berlipat ganda, bulan Ramadan juga memiliki satu malam yang dinamakan sebagai malam Lailatul Qadar. Apakah malam Lailatul Qadar itu?
Malam Lailatul Qadar merupakan malam 1.000 bulan dan juga menjadi malam diturunkannya Alquran.
Barang siapa yang mendapati malam tersebut dengan melaksanakan ibadah dan bermunajat pada Yang Maha Kuasa, Allah telah menyiapkan ampunan-Nya yang sangat besar dan ganjaran pahala lainnya.
Oleh karenanya, sayang sekali jika kita melewatkan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan ini sebagaimana yang tertera dalam Surah al-Qadr.
Untuk itu, kita selayaknya berusaha agar bisa mendapati malam Lailatul Qadar. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah dengan cara melihat dan memahami ciri-ciri malam Lailatul Qadar itu.
Berikut ini ciri-ciri atau tanda datangnya malam Lailatul Qadar berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang dikutip dari laman Islampos.
Terkadang terbawa dalam mimpi
Malam itu terbawa dalam mimpi, seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
“Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu’anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi saw diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadhan) kemudian Rasulullah saw berkata,”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir,”(HR Muslim)
Cahaya Mentari Redup
Ada juga hadits nabi yang menginformasikan ciri malam Qadar adalah bila ada cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Dasarnya dari hadits Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” (HR. Muslim)
Malam dengan ciri tertentu
Ciri yang lain dari malam Qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan). Dasarnya adalah hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini :
“Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu,” (HR. Ahmad).
Juga ada hadits yang senada dari hadits Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah SAW:
“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan),” (HR. At-Thabrani)
Udara dan suasana pagi yang tenang
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”
Bulan nampak separuh bulatan
Ada juga yang menyebutkan bahwa malam itu bulan nampak separuh bulatan, sebagaimana hadits berikut ini :
Abu Hurairah radliyallahuanhu berkata, ”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan,” (HR. Muslim)
Lezatnya ibadah
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ciri malam Lailatul Qadar adalah bila orang-orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Namun, dari sekian banyak riwayat yang menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar ini mempunyai tanda dan alamat yang bisa diketahui dan dirasakan, tidak berarti bahwa setiap orang dapat mengetahui dan merasakannya.
Hanya seorang muslim yang benar-benar menghidupkan malam-malam Ramadannya-lah, yang kemungkinan memiliki peluang untuk bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar itu tanpa ia ketahui tanda malam mulia tersebut.
Jadi, mengetahui tanda malam Qadar itu bukan sesuatu yang pasti dan dapat dirasakan oleh semua orang yang menghidupkan malam tersebut.
Imam Thobari mengatakan: “Itu (tanda-tanda Lailatul Qadar) tidak mesti, seorang muslim bisa saja mendapatkan malam mulia tersebut dan ia tidak melihat atau mendengar sesuatu dari tanda-tanda itu”. [*/Jly]