Padang, Padangkita.com - Perjuangan masyarakat Kota Padang demi kemerdekan Indonesia ditandai dengan berbagai pembangunan monumen.
Monumen tersebut didirikan di lokasi bersejarah tempat terjadinya peristiwa pertempuran melawan Belanda dan sekutunya.
Baca juga: Seniman Patung Kritik Monumen Dicat Warna-warni di Padang, Asnam: Tak Menghargai Karya Seni
Namun, tampilan beberapa monumen tersebut dikritik, karena dicat dengan warna-warni yang menghilangkan warna asli sebagaimana karya asli sang pembuat karya seni.
Terlepas dari itu, keberadaan monumen tersebut tetap amat penting sebagai bukti sejarah perjuangan yang tak ternilai. Berikut Padangkita.com rangkum lima monumen dan sejarahnya di Kota Padang:
1. Monumen Padang Area
Monumen ini terletak di pertigaan jalan Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur. Pembangunannya dilakukan pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1992.
Monumen terbesar di Kota Padang ini dirancang oleh Ibenzani Usman, guru besar seni rupa Universitas Negeri Padang (UNP).
Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, lokasi monumen ini berdiri merupakan tempat pecahnya pelawanan masyarakat di sekitar Simpang Haru melawan tentara Sekutu pada Oktober 1945.
2. Monumen Bagindo Aziz Chan
Monumen ini berlokasi di Simpang Kandih, pertigaan jalan di Kampung Lapai, Kecamatan Nanggalo. Bentuknya berupa kepalan tinju. Oleh karena itu, lokasi tempat monumen ini berada terkenal sebagai Simpang Tinju.
Monumen Bagindo Aziz Chan dibangun untuk mengenang perjuangan Bagindo Aziz Chan yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda pada 19 Juli 1947. Di sinilah, Wali Kota Padang kedua tersebut ditembak oleh tentara Belanda.
Monumen ini diresmikan oleh Wali Kota Padang Syahrul Ujud pada 19 Juli 1983. Perancangnya adalah Nasbahry Couto dari jurusan arsitektur Universitas Bung Hatta.
3. Monumen Pertempuran Pertama
Monumen ini terletak di taman dekat Jalan Rasuda Said, Rimbo Kaluang. Bentuknya berupa patung dua orang yang sedang memegang senjata.
Monumen Pertempuran Pertama dibangun pada tahun 1987 untuk mangenang kejadian penyerangan markas dan gudang senjata tentara Sekutu di Rimbo Kaluang pada tanggal 21 Februari 1946.
Konsep monumen ini dirancang oleh Drs. Amril M.Y. Dt. Garang, seorang guru Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Padang.
4. Monumen Penyerangan Pasar Banda Buek
Monumen Penyerangan Pasar Banda Buek berlokasi di depan Pasar Banda Buek, Lubuk Kilangan. Di sini terjadi penyerangan terhadap masyarakat Banda Buek pada tanggal 18 Januari 1947 oleh pasukan Belanda.
Saat itu, pengunjung pasar sedang ramai. Sekitar 50 orang tewas akibat serangan Belanda.
Seperti Monumen Pertempuran Pertama di Rimbo Kaluang, konsep monumen ini oleh Drs. Amril M.Y. Dt. Garang.
5. Monumen Pemuda Syarif
Monumen ini terletak di depan pusat perbelanjaan Plaza Andalas, Jalan Pemuda, Olo, Kecamatan Padang Barat. Perancangnya adalah Nasbahry Couto, yang juga merancang Monumen Bagindo Aziz Chan.
Monumen Pemuda Syarif dibangun pada tahun 1984 untuk mengenang pajuangan Mohammad Syarif, seorang warga Koto Marapak, Kota Padang.
Syarif dikenal sebagai pemuda yang gigih mempertahankan kemerdekaan Indonesia meskipun harus mempertaruhkan nyawanya. Di lokasi monumen ini, Syarif ditembak mati oleh tentara Sekutu. [den/pkt]