Pernahkah dunsanak punya pengalaman menempuh jalan dari Bukittinggi ke Padang dalam waktu 8 jam sampai 10 jam? Saya yakin pengalaman ini terjadi ketika lebaran atau momen libur, tapi sekarang kemacetan itu hampir dirasakan setiap hari terutama di sekitar Pasar Padanglua.
Betapa besar kos yang hilang (loss of both time and money) baik bagi pegawai, pebisnis ataupun mahasiswa. Apalagi yang mau ke bandara. Khawatir dan stres pun terjadi akibat kemacetan itu.
Banyak alternatif untuk mengurangi kemacetan Bukittinggi-Padang. Diantaranya dengan menejemen sistem transportasi umum terintegrasi. Yaitu menghadirkan moda transportasi umum, baik bus yang nyaman, atau menghidupkan kembali jalur kereta api. Bisa juga dengan pembangunan tol atau memperlebar jalan dan lain sebagainya.
Maka yang mendesak dan kiranya bisa dikerjakan dalam jangka pendek adalah mengurai titik kemacetan dengan membangun alternatif jalan sehingga kepadatan lalulintas bisa terbagi. Solusinya yaitu jalan By Pass Simpang Taluak menuju Pasar Amur.
Tulisan ini akan membahas betapa "urgent" (baca : mendesak) dilanjutkan Jalan By Pass Simpang Taluak menuju Pasar Amur bahkan ke Koto Baru. Alternatif ini setelah tidak memungkinkan dibangunnya Fly Over di Jalan Pasar Padanglua, terutama sebab kesiapan masyarakat sekitar.
Posisi Strategis Jalur Bukittinggi - Padang
Jalur ini sangat strategis. Merupakan jalur antar propinsi antara Padang-Pekanbaru. Ini juga jadi akses menuju Bandara BIM untuk daerah Bukittinggi dan daerah sekitarnya. Termasuk Batusangkar, Limapuluh Kota, Payakumbuh, Pasaman dan Agam tentunya.
Posisi Padang sebagai pusat ibu kota provinsi, dan bandara serta pelabuhan tentulah menjadi tujuan berbagai kepentingan baik ekonomi, mobilitas logistik, pemerintahan dan juga pendidikan.
Dari sisi Kota Bukittinggi, merupakan jantung pariwisata Sumatra Barat. Sebagai destinasi wisata unggulan yang bertetangga dengan Kabupaten Agam, memiliki dua geopark nasional yakni Danau Maninjau dan Ngarai Sianok.
Jika dipandang dari sudut pembangunan berbasis kawasan, dengan adanya konsep pembangunan BUKAPALIPATAR (Bukittinggi, Agam, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Padang Panjang dan Tanah datar) sangat penting dilakukan secara terintegrasi. Sehingga pertumbuhan kawasan tersebut seirama dan sebangun, sebagaimana kawasan JABODETABEK.
Tantangan Kepadatan Lalu Lintas
Menurut data BPS Sumatra Barat pada tahun 2020, total kendaraan bermotor sebanyak 967.504 unit. Terdiri dari kendaraan berpenumpang 30.493 unit, kendaraan bus 172.296 unit, truk 64.162 unit, dan sepeda motor 700.553 unit.
Jika rata-rata penambahan kendaran sekitar 700 unit sebulan, maka dapat kita bayangkan betapa tingkat kemacetan akan semakin padat, sementara lebar jalan masih seperti biasa.
Apalagi moda transportasi masal Padang - Bukittinggi belum memadai. Naik bus dan travel, belum menjadi pilihan favorit bagi mayoritas warga. Rencana menghidupkan jalur kereta api yang sudah menjadi agenda nasional lintas Sumatra belum jelas dan maksimal pelaksanaanya.
Oleh karena itu, solusi jangka pendek bahwa jalur kemacetan Bukittinggi-Padang terutama di Padanglua haruslah segera dibenahi dan dicarikan jalan keluarnya.
Perhatian Pemerintah
Dalam kondisi yang telah cukup lama berlarut, secercah harapan muncul dengan adanya perhatian Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi yang langsung bertemu dengan segenap stakeholders. Buya telah berdialog dengan pengurus pasar, Wali Nagari, anggota DPRD, serta pemda setempat.
Ide gubernur untuk melanjutkan jalur By Pass Simpang Taluak ke Pasar Amur, tentulah disambut baik dan penting kita dukung bersama. jika itu terealisasi, akan dapat mengatasi kemacetan di Padanglua.
Keseriusan Pemprov Sumbar dan Gubernur terbukti ketika kami Komisi 3 DPRD Agam mempertanyakan langsung dalam kunjungan kerja resmi ke Dinas PUPR Sumbar. Pemprov telah menyiapkan perencanaan serta telah melakukan sosialisasi ke masyarakat. Ditarget akhir 2021 ini, tuntas penyelesaian tanah yang dilalui jalur tersebut. Sementara pembangunan akan dimulai pada tahun 2023 mendatang.
Jika jalur tersebut dapat dibangun pada priode ini, maka tentulah akan menyelesaikan permasalahan kemacetan Padanglua. Sekaligus akan menjadi kado terindah bagi kawasan BUKAPALIPATAR dan sekitarnya. Sehingga kelak tangan dingin Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi akan menggores sebuah kenangan indah terutama bagi Kabupaten Agam sebagai kampung kelahiran beliau.
Epilog
Insya Allah, semua pihak akan mendukung rencana mulia ini. Semoga ketersediaan anggaran memadai dan tidak lagi di-refocussing. Kita berharap semoga kondisi Covid-19 yang sudah melandai akan berangkhir pada tahun mendatang. Semoga situasi kembali normal dan ekonomi masyarakat kembali pulih, sekolah dan kampus kembali bisa tatap muka, dan sektor pariwisata bisa kembali menggeliat. Wallahua'lam bissawab.