Padang, Padangkita.com – Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Vasko Ruseimy berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sering-sering datang ke Sumbar.
Ini terkait dengan sejumlah kawasan pesisir Sumbar yang rawan bencana, khususnya gempa megathrust yang dapat memicu tsunami.
Harapan itu disampaikan Vasko ketika membuka 3rd International Conference on Disaster Mitigation and Management (ICDMM) 2025, atau Konferensi Internasional tentang Mitigasi dan Manajemen Bencana di Universitas Andalas (Unand), Senin (29/9/2025).
Konferensi dihadiri Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto beserta jajaran, Sekretaris Utama BNPB, Rustian, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU), Diana Kusumastuti, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Dikti Saintek), Prof. Dr. Fauzan.
Kemudian, hadir pula Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier beserta tim kedutaan, Civitas Academica Universitas Andalas (Unand), dan mahasiswa.
Diketahui, sejumlah wilayah Sumbar berada di pinggir pantai barat Sumatera, yang rawan ancaman gempa megathrust dan tsunami. Wilayah tersebut meliputi Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Kota Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Agam, dan Pasaman Barat (Pasbar).
Oleh karena itu, Vasko juga sangt berharap konferensi internasional tersebut memberi dampak besar bagi Indonesia, khususnya Sumbar yang rawan bencana.
“Pemprov Sumbar berharap BNPB lebih sering turun ke daerah, tidak hanya saat bencana terjadi,” ujar Vasko.
Pada kesempatan itu ia juga menyampaikan kebanggaan dan apresiasi atas forum akademik internasional ini yang merangkul peneliti dunia di bidang kebencanaan. Ia berharap dari konferensi lahir rekomendasi kebijakan berbasis penelitian internasional.
Selain itu, Vasko juga mengajak peserta konferensi, termasuk Dubes Australia untuk Indonesia, melihat langsung keindahan alam dan budaya Sumbar, sembari menekankan pentingnya melindungi aset manusia dan budaya.
Vasko pun meminta masukan dari para peneliti tentang aspek pembangunan fisik maupun non-fisik agar Sumbar lebih tangguh bencana.
Sekadar informasi, pada 2009 gempa besar meluluhlantakkan wilayah Sumbar yang menelan korban lebih dari 1.100 jiwa. Kemudian, lebih dari 135 ribu bangunan rusak parah. Kerugian ekonomi akibat bencana itu diperkirakan mencapai Rp22 triliun.
Data atas peristiwa ini tentu saja menjadi latar belakang betapa pentingnya upaya mitigasi dan penelitian berkelanjutan, dan terbentuknya jaringan global riset kebencanaan melalui forum ICDMM.
Baca juga: Vasko Ruseimy: Efisiensi Tak Boleh Korbankan Program untuk Keselamatan Masyarakat
Kemudian juga dibutuhkan rekomendasi kebijakan berbasis pengalaman berbagai negara. Peningkatan kapasitas mitigasi dan manajemen bencana di Sumbar. Sehingga dapat menjadikan Sumbar sebagai contoh provinsi tangguh bencana di Indonesia. [*/pkt]