Padang, Padangkita.com – Festival Teater Sumbar atau Alek Teater 8 kembali menyuguhkan pertunjukan yang kaya makna dan mengundang renungan.
Pada hari ketiga, Jumat (8/11/2024) malam, tiga komunitas teater menampilkan karya-karya yang mengangkat isu-isu sosial dan kemanusiaan.
Komunitas Seni Budaya Ranah Minang Sijunjung membuka pertunjukan dengan drama berjudul "Ayahku Datuk".
Naskah garapan Zulkani Alfian ini menyoroti permasalahan status sosial dan kekuasaan dalam masyarakat Minangkabau.
Melalui tarian piring yang dipadukan dengan properti tangga sebagai simbol "Bajanjang naik batanggo turun", pertunjukan ini menyiratkan dinamika sosial yang kompleks.
"Ayahku Datuk" mengisahkan tentang orang-orang pendatang yang seringkali merasa kurang diterima dalam lingkungan adat.
Metafora "kuning karena kunyit" menggambarkan bagaimana mereka seringkali dianggap sebagai pihak luar.
Drama ini juga mengkritik peran datuk yang seringkali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Komunitas Balai dengan naskahnya yang berjudul "Realitas Kelas Kosong dan Pelajaran Metafora" mengajak penonton untuk berpikir kritis.
Melalui simbol-simbol yang disajikan, pertunjukan ini menyuarakan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan dan keberadaan manusia.
Penonton diajak untuk ikut serta mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Penampilan terakhir pada hari ketiga diisi oleh Komunitas Langkah dengan drama "Orang-orang Setia".
Naskah karya Muhammad Fadli ini menyoroti kehidupan dua orang yang telah mengabdikan hidupnya untuk masyarakat, namun sayangnya tidak mendapatkan penghargaan yang layak.
Tokoh Sarmin, seorang guru honorer, dan Rahman, si penjaga mayat, menjadi representasi dari banyak orang yang bekerja keras namun seringkali terlupakan.
Alek Teater 8 bukan hanya sekadar ajang pementasan teater, tetapi juga menjadi wadah bagi para seniman untuk mengeksplorasi ide-ide kreatif dan menyampaikan pesan-pesan sosial.
Baca Juga: Marapi hingga Munir, Isu Aktual Dibedah dalam Festival Teater Sumbar
Melalui karya-karya yang dipentaskan, para seniman mengajak penonton untuk merenungkan tentang kehidupan, masyarakat, dan nilai-nilai kemanusiaan. [*/hdp]