"Jadi, ketika menyeberang itu, mobil akan dinaikkan ke atas rakit. Jalur penyeberangan tersebut, yaitu di Sarolangun, Rantau Panjang, Sinamar, Muaro Tebo, Pulau Musang, dan Sungai Dareh. Penyeberangan bukan seperti Bakauheni, tetapi penyeberangan sungai. Jadi bis naik rakit, kemudian ditarik dengan tali,” ungkapnya.
Silsilah Nama Gumarang dalam Kaba Cindua Mato
Pa Uwo mengisahkan, nama Gumarang diambil dari nama kuda yang diceritakan dalam Kaba Cindua Mato. Dalam kaba itu, diceritakan bahwa Cindua Mato memiliki Kuda dengan nama Gumarang. Ia juga memiliki ayam yang diberi nama Kinantan, lalu kerbau dengan nama Sibinuang.
"Andalan Raja Pagaruyung itu Kuda Gumarang. Gumarang digunakan jika Cindua Mato ingin bepergian cepat,” papar Pak Uwo yang saat itu berusia 86 tahun.
Pak Uwo menggunakan nama Gumarang itu karena dia ingin PO Bus itu layaknya Kuda Gumarang dan menjadi andalan bagi masyarakat Sumatra khusunya dan umumnya untuk rakayat Indonesia. Maka jadilah PO Bus Pak Uwo dinamai PT Gumarang Jaya Bersama.
"Menjadi andalan bangsa Indonesia. Serta supaya orang tahu sejarah Minangkabau dan Raja Cindua Mato,” ucapnya.
Selain itu, jelas Pak Uwo, juga ada konsistensi warna bus Gumarang berlatar putih. Kemudian, memiliki corak merah, kuning, dan hitam seperti Marawa.
“Warna merah kuning hitam itu terinspirasi dari warna Marawa. Itu Marawa yang ada setiap kali acara alek di Minangkabau,” ceritanya.
Lebih lanjut diceritakan Pak Uwo, bahwa ia merupakan salah seorang PO Bus yang memiliki hubungan baik dengan pemerintah saat itu.
Bahkan, dalam salah satu kunjungan Menteri ke Aceh, menteri itu menggunakan PO Gumarang.