Sarilamak, Padangkita.com - Acara tradisi Alek Bakajang dukses dilaksanakn selama lima hari di Nagari Gunung Malintang, Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota. Hebatnya, tradisi yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun ini juga berhasil mendapatkan penghargaan tingkat nasional.
Baca juga: Daftar 78 Event di ‘Calendar of Events West Sumatra 2024’, Target 13,5 Juta Kunjungan
"Kita sangat bangga event Alek Bakajang ini berhasil meraih Juara 1 kategori atraksi budaya terpopuler dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2021 lalu," kata Mahyeldi saat menutup acara Alek Bakajang 2024, Rabu (17/4/2024).
Alek Bakajang telah berlangsung sejak tanggal 13 April, dan resmi ditutup kemarin.
Gubernur Mahyeldi mengapresiasi kepedulian masyarakat terhadap tradisi, yang terlihat dari ribuan warga yang tumpah ruah meluapkan kegembiraan saat hari puncak event tersebut. Ia meyakini, event tersebut juga sangat penting sebagai wadah mempererat relasi seluruh lapisan warga dalam masyarakat.
"Kita berharap, Alek Bakajang bisa masuk dalam salah satu event unggulan dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf. Sehingga, kunjungan wisatawan ke Sumbar terus meningkat yang juga temtu akan memberikan dampak positif terhadap perekomian masyarakat kita," ujar Mahyeldi.
Alek Bakajang membuat Gubernur Mahyeldi begitu tertarik, sehingga ia pun meminta Wali Nagari Gunung Malintang untuk membuat laporan terkait pelaksanaan iven tersebut secara rinci.
"Saya minta pada Wali Nagari Gunung Malintang untuk membuat laporan tentang apa saja kegiatan Alek Bakajang selama lima hari ini," kata Mahyeldi.
Merespons permintaan tersebut, Wali Nagari Gunung Malintang Wido Putra sempat menjelaskan secara singkat sejarah terselenggaranya Alek Bakajang.
Sejarah Alek Bakajang
Ia menceritakan, Alek Bakajang merupakan kegiatan tradisi budaya. Awalnya, setiap warga pergi ‘manjalang’ kepada Niniak Mamak atau Datuak Panghulu, dan selanjutnya diteruskan Manjalang Alim Ulama maupun Cadiak Pandai seperti Pemerintah Nagari atau tokoh masyarakat dari dari empat suku yang ada di Gunuang Malintang.
"Semua itu dilakukan dengan menggunakan perahu (kajang) dengan melintasi Sungai Batang Mahat untuk silaturahim yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idulfitri," terang Wido.
Ada pun empat suku tersebut, lanjut dia, ialah Suku Domo, Suku Melayu, Suku Piliang, dan Suku Pagar Cancang. Selama lima hari berturut-turut keempat suku tersebut bersilaturrahim ke setiap Istano datuak-datuak yang ada.
"Karena itu ada lima perahu kajang yang mewakili tiap-tiap jorong atau wilayah di bawah nagari, yang berparade di tepian Batang Mahat," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu juga, Bupati Limapuluh Kota, Safaruddin turut memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat Nagari Gunung Malintang yang setiap tahun menyelenggarakan Alek Bakajang.
Baca juga: 19 Budaya dari Sumbar Ditetapkan Jadi WBTb Indonesia 2022, Ini Daftarnya
Ia berharap, masyarakat Gunuang Malintang dapat menulis dan mendokumentasikan tradisi Alek Bakajang secara komprehensif dan lengkap, sehingga lebih mudah dalam mewariskannya kepada generasi mendatang. [*/adpsb]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News