Padang, Padangkita.com – Secara bertahap, Sumatra Barat (Sumbar) terus memperjuangkan Geopark Ranah Minang meraih status UNESCO Global Geopark (UGG).
Sumbar sendiri saat ini punya 9 geopark unggulan yang disebut Geopark Ranah Minang, yakni Geopark Ngarai Sianok, Geopark Sawahlunto, Geopark Silokek, Geopark Danau Maninjau, dan Geopark Harau.
Kemudian, Geopark Singkarak, Geopark Goa Batu Kapal, Geopark Tarusan Kamang, dan Geopark Danau Kembar. Sejauh ini, tiga di antaranya sudah berstatus Geopark Nasional, yaitu Geopark Ngarai Sianok, Geopark Sawahlunto, dan Geopark Silokek. Kemudian, sisanya tengah diusulkan menjadi Geopark Nasional.
Tahun 2023 ini, salah satunya, yakni Geopark Silokek Sijunjung diajukan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Namun, Geopark Ranah Minang tersebut, tidak lolos dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis, pada Rabu, 24 Mei 2023 lalu.
Untuk Indonesia, hanya ada empat geopark baru yang ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Keempatnya adalah Geopark Ijen di Jatim, Geopark Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan, Geopark Merangin di Jambi, dan Raja Ampat di Papua. Sehingga, aat ini Indonesia telah memiliki 10 geopark berstatus UNESCO Global Geopark (UGG).
Enam geopark berstatus UGG sebelumnya adalah Batur di Bali, Belitong di Kepulauan Bangka Belitung, Ciletuh-Palabuhanratu di Jawa Barat, Gunung Sewu di Jawa Timur, Rinjani-Lombok di Nusa Tenggara Barat, dan Kaldera Toba di Sumatra Utara (Sumut).
Menurut situs resmi UNESCO, terdapat 18 geopark global baru pada pertemuan tersebut. Saat ini, 195 geopark di 48 negara telah mendapatkan status UGG.
Nah, untuk mendapatkan status UNESCO Global Geopark (UGG), setidak ada beberapa syarat kelayakan, yakni sebagai berikut:
1. Warisan geologi bernilai internasional
Waris UGG haruslah situs yang bernilai internasional dan dikelola oleh badan dengan pengakuan hukum di bawah undang-undang nasional
2. Badan manajemen harus lengkap
Badan manajemen harus mencakup semua pemangku kepentingan yang relevan, termasuk mitra dan komunitas ilmiah, lokal, dan adat.
3. Manajemen yang komprehensif
Sistem tata kelola, pengembangan, komunikasi, perlindungan, infrastruktur, keuangan, dan kemitraan haruslah menyeluruh sebelum diusulkan sebagai UGG.
4. Terjaring secara internasional
Kawasan UGG haruslah berhubungan dengan UNESCO Global Geoparks lainnya serta dengan Global Geoparks Network.
5. Terhubung dengan keaslian kultur dan ekologi
Warisan geologisnya terhubung dengan warisan budaya dan alamnya. Hal ini yang akan menghubungkan untuk tujuan pendidikan, peningkatan kesadaran, dan penginformasian pengunjung dan penduduk setempat.
6. Tidak terputus
Kawasan UGG adalah satu wilayah terpadu dan tidak ada perbatasan yang terputus. Seluruh wilayah harus dilibatkan dalam aktivitas Geopark.
7. Memperhatikan jarak
Jika proyek geopark lebih dekat dari 100 kilometer dengan UNESCO Global Geopark yang ada, pastikan bahwa studi ilmiah dilakukan untuk menunjukkan perbedaan geologi dan kemungkinan komplementaritas dengan geopark itu.
8. Memperhatikan aspek komersialitas
Geopark terlibat dalam upaya branding, visibilitas, dan komunikasi yang sesuai, baik untuk pengunjung maupun masyarakat lokal melalui situs web khusus, rambu, panel, museum, sudut geopark, pusat pengunjung, selebaran, dan peta terperinci dari area yang menghubungkan situs geologi dan lainnya di area tersebut.
9. Memiliki branding yang berbeda
UGG haruslah memiliki identitas perusahaan dan membedakannya dari situs geologis lainnya atau kawasan lindung di sekitarnya.
Baca juga: Profil 9 Geopark Ranah Minang yang Menakjubkan, tetapi belum Satupun Berstatus UGG
Demikian setidaknya 9 syarat kelayakan yang harus menjadi perhatian atau dipenuhi ketika hendak mendapatkan status UNESCO Global Geopark (UGG). [*/pkt]