Festival Matrilineal 2022 Suguhkan Dialektika Perempuan Minangkabau Kini, Catat Tanggalnya

Festival Matrilineal 2022 Suguhkan Dialektika Perempuan Minangkabau Kini, Catat Tanggalnya

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sumbar, Undri bersama tim saat jumpa pers Festival Budaya Matrilineal 2022, Selasa (11/10/2022). [Foto: Isran/Padangkita.com]

Padang, Padangkita.com - Rangkaian Festival Budaya Matrilineal 2022 resmi dimulai. Event tahun ini bertajuk 'Alek Mandeh' dengan mengusung tema 'Dialektika Perempuan Minangkabau dalam Khazanah Budaya Matrilineal Masa Kini'.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sumbar, Undri menjelaskan, rangkaian kegiatan ini telah dimulai sejak 29 - 31 Juli lalu, sedangkan acara puncak bakal dilangsungkan 28-29 Oktober mendatang di Kabupaten Sijunjung.

Festival Budaya Matrilineal 2022 merupakan gagasan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM), Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).

“Secara konsep dasar, festival ini merupakan alat baca tentang kondisi terkini, serta pengetahuan mendalam atas praktik budaya matrilineal di Minangkabau sebagai stakeholder terbesar dari budaya matrilineal di Nusantara kita ini,” ungkap Undri saat menggelar jumpa pers di Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sumbar di Kota Padang, Selasa (11/10/2022).

Dia menjelaskan, pelaksanaan festival ini juga turut menggandeng Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumbar, para Ninik Mamak, Mandeh Soko, Perangkat Nagari Sijunjung. Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung serta melibatkan unsur akademisi, budayawan, seniman, dan pegiat komunitas di Sumbar dalam kepanitian festival.

Rangkaian Alek Mandeh ini diawali dengan Muhibah Budaya Matrilineal yang telah dimulai sejak minggu pertama bulan Oktober ke 6 nagari dan kerajaan di wilayah Minangkabau yaitu Nagari Pariangan di Tanah Datar, Nagari Sijunjung di Sijunjung, Nagari Siguntua di Dharmasraya, Nagari Lingkuang Aua di Pasaman Barat, Nagari Ulakan di Padang Pariaman, dan Nagari Inderapura di Pesisir Selatan sebagai lokus budaya matrilineal.

Kegiatan ini berbentuk kunjungan silaturahmi dan diskusi kelompok terpumpun guna mengumpulkan data awal dan menyiapkan keterwakilan masyarakat nagari dalam Musyawarah Gadang yang akan dilaksanakan pada puncak acara nanti tanggal 28 sampai 30 Oktober 2022 di Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah Nagari Sijunjung Kabupaten Sijunjung.

“Kita sengaja memilih Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah karena seperti yang kita tahu di sini daerah ini menjadi rujukan, termasuk daerah yang masyarakatnya menerapkan nilai-nilai matrilineal yang sangat kental di Sumbar,” kata Undri.

Sementara itu, Direktur PMN, Ahmad Mahendra yang turut mengikuti secara daring menekankan kalua festival ini sangat penting. Apalagi jelas dia, budaya Minangkabau atau Sumbar, selama ini jadi pusat penelitian budaya matrilineal dunia.

"Kita adalah pusat matrilineal terbesar di dunia. Kita ingin melihat bagaimana kuatnya kearifan lokal dari matrilineal," ujar Ahmad.

"Ini merupakan festival matrilineal pertama, sebagai langkah pemetaan juga untuk melihat sejauh mana penerapannya di Sumbar," ujarnya.

Direktur Pelaksana Alek Mandeh 2022, Dede Pramayoza menambahkan, dari festival ini pihaknya akan membaca praktik matrilineal di Sumbar, sehingga melahirkan ekspresi budaya kontemporer di tengah masyarakat.

Selama 3 hari, pelbagai kegiatan akan dihelat seperti Pagelaran Baju Kuruang Basiba, Pameran Atribut Budaya Matrilineal, Pertunjukan Seni Matrilineal oleh para seniman perempuan seperti Rani Jambak, Deslenda, Zurmailis, yang dibagi dalam 2 panggung. Juga Musyawarah Gadang yang hasilnya akan dijadikan sebagai semacam rekomendasi bagi pemajuan kebudayaan matrilineal.

Pada hari terakhir festival akan ditutup dengan pertunjukan utama karya koreografer kenamaan yang telah malang melintang di dunia tari internasional, yaitu Uni Hartati dengan tajuk karya 'Jarum dalam Jerami' tribute to Gusmiati Suid.

Baca Juga: 5 Ribu Durian Ludes dalam Festival Durian 2022 di Solok Selatan

Karya ini adalah ajakan untuk merasakan kepelanan, kelamabatan, dan keheningan dalam mencari sesuatu yang berharga (jarum jahit), yang sering tak terlihat atau tak diacuhkan, namun justru penting untuk masa depan (untuk menjahit pakaian): yang salah satunya barangkali adalah budaya matrilineal Minangkabau. [isr]

 

*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News

Baca Juga

Respons Cepat Banjir Sumpur Kudus, Pemprov Sumbar Salurkan 2.830 Kg Beras untuk Warga
Respons Cepat Banjir Sumpur Kudus, Pemprov Sumbar Salurkan 2.830 Kg Beras untuk Warga
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Pembangunan Sumbar Era Prabowo dari Perspektif Kolaborasi Politik: 'Manjuluak' dan 'Maelo'
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Nobar Film 'Sadang di Bawah', Mahyeldi Dukung Industri Kreatif Lokal Minang
Roberia Apresiasi Seminar tentang Pendidikan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau
Roberia Apresiasi Seminar tentang Pendidikan Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Minangkabau
Pendaftaran Tanah Ulayat: Gubernur Mahyeldi  Terima Penghargaan dari Kementerian ATR/BPN
Pendaftaran Tanah Ulayat: Gubernur Mahyeldi Terima Penghargaan dari Kementerian ATR/BPN
Braditi Moulevey Terpilih jadi Ketua DPW IKM Jakarta, Andre Rosiade: Insya Allah lebih Baik
Braditi Moulevey Terpilih jadi Ketua DPW IKM Jakarta, Andre Rosiade: Insya Allah lebih Baik