Padang, Padangkita.kita.com – Kasus Covid-19 di Sumatra Barat (Sumbar) memang terus menurun. Namun upaya penanggulangan pandemi ini belum boleh berhenti.
Kondisi saat ini, Provinsi Sumbar memang berada pada asesmen level 2. Rinciannya, 3 daerah pada level 3 dan 16 daerah pada level 2. Tetapi, upaya penanggulangan pandemi Covid-19 yang belum optimal harus ditingkatkan.
Dr Andani Eka Putra mengingatkan, dari evaluasi dan penilaian per tanggal 18 September ini, tingkat pelacakan kasus atau tracing di hampir semua daerah di Sumbar belum memadai.
“Hampir semua daerah tracing terbatas, diharapkan semua Kadis Kesehatan kabupaten/kota meningkatkan tracing dan pelaporan ke 'Silacak'. Libatkan TNI/Polri dan cairkan dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) segera,” kata Andani dalam keterangan tertulis tentang kondisi pandemi dan perkembangan vaksin di Sumbar Minggu ke-37 tahun 2021.
Tenaga Ahli Menteri Kesehatan (Menkes) ini juga menyarankan agar testing ditingkatkan, terutama untuk yang masih di tingkat sedang atau rendah. Kemudian, peningkatan testing harus melalu KE, bukan screening.
Daerah yang testingnya tingkat sedang adalah Padang Panjang, Tanah Datar. Sementara itu, daerah yang testingnya rendah atau terbatas adalah Limapuluh Kota dan Sawahlunto.
Sementara itu, saat ini masih terdapat 414.582 stok vaksin yang belum terpakai di Sumbar. Stok vaksin tersebut telah berada di 19 kabupaten/kota. Andani menyarankan agar vaksinasi makin digencarkan.
“Tingkat kecepatan vaksinasi mesti ditingkatkan, kita bisa meminta tambahan vaksin jika stok di bawah 14 hari. Libatkan semua komponen, seperti alim ulama, tokoh masyarakat,” kata Andani.
Dari evaluasi yang dilakukan Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) ini, terungkap bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan (prokes) dan capaian vaksinasi masih rendah.
“Dihubungkan dengan ketidakpatuhan protokol kesehatan, capaian vaksinasi yang rendah, upaya 3T yang tidak optimal, dapat dihipotesiskan bahwa membaiknya kondisi di Sumbar lebih karena herd immunity varian dan viral competition,” ungkap Andani.
Dari kondisi tersebut, Andani menilai upaya penanggulangan pandemi Covid-19 di Sumbar masih kurang optimal. Kecenderungan kasus yang turun secara signifikan, kata Andani, memperlihatkan kuatnya pengaruh varian virus dibanding protokol kesehatan.
“Konsekuensi yang ditanggung adalah besarnya angka kematian, khususnya yang tidak tercatat di luar rumah sakit. Jadikanlah ini pelajaran,” kata Andani.
Ia mengingatkan, perkembangan Covid-19 masih mungkin terjadi, oleh sebab itu fondasi pengendalian harus dibangun dengan konsep pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, penegakan hukum dan menjamin prtokol kesehatan dijalankan dan 3T (Testing, Tracing, Treatment) dilaksanakan dengan baik. (*/pkt)