Painan, Padangkita.com - Anggota DPD RI, Emma Yohanna mengaku terharu dengan anak-anak muda yang penuh keihklasan dan dedikasi tinggi mau mengelola lembaga pendidikan di daerah terpencil.
Salah satu anak muda tersebut Heru Kisnanto, 27 tahun, pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Ashabul Kahfi yang berlokasi di Nagari Rawan Gunung Malelo, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat.
Sejak berdiri Juni 2018, MTI tersebut telah mampu menampung santri sebanyak 21 orang tanpa dipungut biaya. Sedangkan para guru yang berjumlah 12 orang juga menerima dengan iklhas tidak digaji demi pengabdian mereka terhadap generasi penerus bangsa.
“Saya sangat mengapresiasi usaha anak muda milenial kita mampu mewujudkan berdirinya pesantren dan tempat belajar agama. Saya berbangga masih ada yang punya kepedulian untuk menggerakkan pendidikan pesantren walaupun bersusah payah dan dengan kondisi apa adanya,” kata Emma dalam keterangan tertulis, Jumat (29/10/2021).
Emma juga mengatakan, mendirikan lembaga pendidikan adalah tugas mulia, sehingga harus dikerjakan dengan niat ikhlas tanpa pamrih. Dari segi materi, guru-guru MTI Ashabul Kahfi memang belum mendapatkan yang terbaik, tetapi dari sisi ibadah mereka sudah mendapatkannya.
Kehadiran pesantren tersebut, sambung dia, mampu mengetuk hati pemerhati lembaga pendidikan dan para donatur untuk membantu serta keberadaan pesantren telah mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat di sekitar pesantren.
“Menuntut ilmu tidak ada batasnya, santri harus selalu bersyukur dengan kondisi yang ada dan memanfaatkan fasilitas yang telah ada. Sebagai alumni pesantren, saya juga merasakan manfaat yang luar bisa terutama untuk memupuk kemandirian sejak dini," ujar senator dari Sumbar ini.
"Kita biasanya tinggal di rumah dengan aturan yang longgar tetapi saat kita tinggal di asrama memiliki aturan sendiri sehingga kita dididik dengan kemandirian,” ulasnya Emma.
Sementara itu, Pendiri MTI Ashabul Kahfi Heru Kisnanto mengatakan, berdirinya pesantren tersebut dengan harapan mampu bisa menjadi pusat pendidikan agama di Pesisir Selatan. Dan bisa melahirkan santri-santri yang berakhlak mulia.
Ia mengungkapkan bahwa bangunan sekolah merupakan sumbangan dari donatur dan masyarakat yang sudah semi permanen dan berjumlah 3 lokal yang dilengkapi dengan asrama.
“Pesantren kami berbasis salafiyah lebih fokus pada pembelajaran kitab kuning dan juga mengajarkan mata pelajaran umum, santri semuanya menetap di asrama. Tentunya kami sangat berterima kasih kepada Ibunda Emma Yohanna yang sudah membantu Al-Quran dan dana untuk pembangunan pesantren kami,” ungkap Heru.
Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang itu mengatakan Yayasan dari MTI Ashabul Kahfi sekarang sudah berbadan hukum, dengan adanya Akte Notaris dan SK Menkumham, didukung 12 orang guru.
Kendala yang dihadapi pesantern saat ini kurangnya lahan sehingga tidak bisa menampung santri lebih banyak karena bangunan untuk asrama belum tersedia. Ia menerangkan bahwa MTI Ashabul Kahfi sedang melakukan pembebasan tanah yang berlokasi di sekitar sekolah yang berjumlah 7 ribu meter dengan biaya Rp100 juta.
Untuk itu, dirinya sudah menggalang bantuan dari masyatakat dan donatur yang memiliki kelebihan rezeki untuk membeli tanah tersebut.
Baca juga: Didatangi Senator Emma Yohanna, Ini Penjelasan Pertamina Soal Solar Langka di Sumbar
“Sumbangan dari para donatur sangat kami harapkan untuk membantu pembelian tanah demi pengembangan pesantren ke depan. Bantuan yang telah donatur berikan kami mendoakan agar dapat bernilai ibadah wakaf, yang amalannya terus mengalir. Kami bisa dihubungi di nomor 085376341552,” pungkas alumni HMI ini. (jal/pkt)