Antara lain, disebabkan oleh kasus positif atau infeksi harian yang melonjak, dan penuhnya rumah sakit untuk merawat pasien.
"Pertambahan kasus kita hari-hari kan Juli ini tinggi banget nih kan. Kemudian, terindikasi, lihat itu kan rumah sakit penuh, kemudian (pasien) pada antre butuh ICU, kita sempat kekurangan oksigen juga sebentar. Jadi, ini beberapa faktor yang saling mempengaruhi," ujarnya saat dihubungi Padangkita.com, Kamis (29/7/2021).
Sebelumnya, berdasarkan catatan epidemiologi Unand, Defriman Djafri, pada bulan Juli 2021 ini merupakan rekor tertinggi jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Sumbar. Angka kematian pasien Covid-19 di Sumbar pada bulan ini mencapai 252 orang, tertinggi sepanjang pandemi melanda sejak awal Maret 2020.
Arry menuturkan rata-rata warga Sumbar yang meninggal dunia karena Covid-19 merupakan orang lanjut usia. Pasien, lanjut dia, rata-rata dirawat di rumah sakit karena memiliki komorbid. Sejauh ini, Arry mengaku belum mendapat laporan terkait adanya pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri.
"Kita sedang memastikan juga. Karena seperti ini, yang isoman (isolasi mandiri) itu, kalau dia ketahuan positif, rasanya terpantau. Nah, yang kita khawatirkan itu dia sebenarnya sudah terinfeksi tapi tidak mau diperiksa, terus sesak napas, tidak tertolong, meninggal. Hal yang seperti ini yang kita khawatirkan," jelasnya.
Arry menerangkan, untuk menekan laju kematian Covid-19 di Sumbar, Dinkes Sumbar meminta seluruh komponen masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas keseharian.
"Sebenarnya, kita sudah cukup nyinyir juga. Artinya, sudah cukup juga mengingatkan, kalau kita bergerak ke hulu, (pandemi) ini tidak akan pernah selesai. Kalau kita berpikir, di rumah sakit, kita tambah tempat tidur, kita siapkan oksigen, kita tambah tenaga kesehatan, nggak pernah cukup itu. Kembali memang penerapan protokol kesehatan," ungkapnya.
Selain itu, kata Arry, Dinkes Sumbar juga berupaya untuk meningkatkan jumlah testing dan tracing di Sumbar. Arry menyampaikan angka tracing di Sumbar saat ini masih rendah yakni kurang dari lima orang untuk satu kasus yang berhasil ditemukan.
Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penelusuran kontak idealnya dilakukan dengan perbandingan 1:15.
"Angka tracing kita masih di bawah lima orang. Jauh di bawah ketentuan WHO, yakni 1:15. Satu orang yang positif, harusnya kontak erat yang diperiksa itu 15 orang," sampai Arry.
Selain itu, lanjut dia, Dinkes Sumbar juga berupaya menggencarkan program vaksinasi di masyarakat. Dia menyebutkan stok vaksin di gudang Dinkes Sumbar sedang kosong.
Baca juga: Laju Kematian Akibat Covid-19 di Sumbar Rekor Sepanjang Pandemi, Epidemiolog Sarankan Ini
Pemprov Sumbar telah mengusulkan agar stok vaksin untuk Sumbar ditambah. Pemerintah pusat menyetujui permintaan tersebut. Tambahan stok vaksin untuk Sumbar kemungkinan datang pada awal Agustus. [fru/pkt]