Padang, Padangkita.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengusulkan kerja sama untuk membantu pembangunan sabo dam Gunung Marapi, di Sumatra Barat (Sumbar) kepada Japan International Cooperation Agency (JICA).
Usulan kerja sama dengan JICA tersebut telah disampaikan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat pertemuan bilateral dengan Senior Vice President JICA Kawamura Kenichi di sela-sela acara 10th World Water Forum (WWF) di Bali, Rabu (22/5/2024) lalu.
Mengutip keterangan pers Kementerian PUPR, Senin (27/5/2024), dukungan JICA untuk pembangunan sabo dam di kawasan Gunung Marapi Sumbar tersebut berdasarkan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Setidaknya pada tahun ini mesti dibangun 6 sabo dam di titik-titik paling rawan bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi.
“Keberadaan sabo dam di Indonesia saat ini sudah sangat krusial. Saya berharap kerja sama teknologi sabo dam dengan JICA termasuk juga untuk Sumatera Barat,” kata Menteri Basuki.
Menteri Basuki menyampaikan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan JICA sudah terjalin cukup lama, dan diharapkan semakin kuat dan terus berlanjut, khususnya di bidang infrastruktur sabo dam.
Ia menyebutkan, sejak tahun 1970 tercatat lebih dari 300 pakar teknologi sabo dam dari Jepang dikirim ke Indonesia untuk membangun sabo.
“Lewat kerja sama ini, Indonesia juga telah mengirim lebih dari 100 orang insinyur untuk mempelajari teknologi ini di Jepang,” kata Menteri Basuki lagi.
Senior Vice President JICA Kawamura Kenichi mengatakan pentingnya sabo dam untuk mengurangi risiko banjir dari wilayah hulu gunung berapi juga sudah disampaikan dalam diskusi Bandung Spirit di World Water Forum ke-10 di Bali. Selanjutnya hasil dari pertemuan bilateral tersebut akan ditindaklanjuti oleh JICA dengan Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR.
Pada pertemuan tersebut juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Bob Arthur Lombogia dengan Chief Representative JICA Takehiro Yasui tentang penguatan Sabo Technical Center.
Sebelumnya, Presiden Jokowi telah memerintahkan pembangunan sabo dam di kawasan Gunung Marapi, Sumatra Barat (Sumbar) segera dimulai tahun ini juga.
Menurut Jokowi, untuk penanganan banjir lahar Gunung Marapi, sudah dihitung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sedikitnya, kata Jokowi, dibutuhkan 56 sabo dam untuk Gunung Marapi.
“Sementara yang ada baru dua. Sehingga, diperlukan banyak tambahan lagi. Saya perintahkan tahun ini harus dimulai, terutama di tempat-tempat yang penting, ada enam titik yang harus segera dimulai. Saya sudah minta Dirjen terkait di Kementerian PUPR,” kata Jokowi saat meninjau kerusakan akibat bencana banjir lahar dingin dan longsor di Bukik Batabuah, Agam, Sumbar, Selasa (21/5/2024).
Diketahui, bencana banjir lahar Gunung Marapi dan longsor yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) dan Minggu (12/5/2024), menelan 62 korban jiwa. Selain itu, sejauh ini, sebanyak 10 warga dilaporkan masih hilang. Bencana banjir lahar dan longsor berdampak sangat parah terhadap sejumlah kawasan di Kabupaten Agam dan Tanah Datar.
Bangunan sabo merupakan bangunan sumber daya air yang berfungsi untuk mengendalikan aliran sedimen/debris, baik yang terjadi di daerah vulkanik maupun non-vulkanik agar tidak menimbulkan bencana.
Bangunan sabo dapat berupa sabo dam (chekdam, consolidation dam, supporting dam), tanggul/tanggul pengarah, kantong sedimen, bank protection (reverment, groyne, sod, riprap, dsb).
Selain sebagai pengendali lahar akibar erupsi gunung berapi, sabo dam juga bermanfaat sebagai pengendali erosi hutan dan daerah pertanian serta mencegah bahaya longsor.
Material pasir dan batu-batuan yang tertahan di sabo dam juga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber penghasilan. Bangunan sabo dam berfungsi untuk menahan sementara lahar yang akan turun dari hulu ke hilir semaksimal mungkin. Kemudian lahar ini dialirkan sesuai kapasitas tampung bangunan hilir.
Baca juga: Gunung Marapi Butuh 56 Sabo Dam, Jokowi Perintahkan Pembangunan Dimulai Tahun Ini
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, sabo dam dibangun untuk menahan dan mengurangi kecepatan aliran lahar yang membawa material vulkanik, sehingga dapat meminimalisasi risiko bencana banjir lahar di hilir sungai serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar gunung.
“Kalau bendungan menahan air, sedangkan sabo dam menahan pasir dan batu sementara airnya tetap bisa lewat,” terang Menteri Basuki.
[*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News