Dari sering berjualan dengan cara itulah, kemudian dia memiliki banyak istri dan keturunan yang juga ada di Malaysia.
Dengan modal sebagai “urang bagak” (pemberani) itu, dia disebut tidak pernah takut keluar masuk suatu daerah untuk berjualan barang kelontong.
Wali Nagari Kumango Iis Zamora Putra mengatakan, berdasarkan dari cerita turun-temurun yang pernah didengarnya dan dari berbagai sumber, Syekh Kumango mengajarkan Agama Islam Tarekat Samaniyyah dan Naqsabandiyah. Perpaduan ajaran itu kemudian diselaraskan dengan gerakan silat.
Hingga akhirnya lahirlah Silek Kumango perpaduan lahir dan bathin. Gerakan silat itu tercipta dengan hakikat
“Lahia Mancari Kawan, Bathin Mancari Tuhan”, yang kental dengan unsur Islam.
Dari waktu ke waktu, silek atau silat ini kemudian terkenal luas bahkan hingga ke luar negeri. Bahkan, hingga sekarang silat ini terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Iis Zamora menyebutkan, dari beberapa sumber yang ia dengar dan baca, Syekh Kumango bernama lengkap Maulana Syekh Abdurrahman bin Khatib ‘Alim Kumango Al-Sammani Al-Khalidi Naqsyabandi.
“Nama kecilnya, Alam Basifat,” kata Iis Zamora.
Sebelum jadi Parewa, kabarnya Syekh Kumango waktu mudanya dahulu pernah mengaji atau berguru kepada Syekh Abdurrahman Batu Hampar di Payakumbuh. Karena terpengaruh lingkungan, Syekh Kumango akhirnya tumbuh menjadi Parewa yang berjiwa “Bagak”.
Bermula dari Bertemu Kakek
Pada suatu ketika, Alam Basifat tengah berjualan di kedainya di Kota Padang. Dia didatangi seorang pengemis. Entah apa sebabnya, darah muda Alam Basifat menggelegak melihat pengemis itu.