Di zaman kolonial di Indonesia, selain berdagang, warga keturunan Yahudi yang datang ke Minangkabau juga menjadi tentara kolonial Belanda.
Setelah mereka pensiun dari dinas militer, kebanyakan diantaranya memutuskan menetap di Padang dan bekerja di perusahaan-perusahaan itu.
Warga keturunan Yahudi ternyata sempat membuat komunitas dan organisasi pada Zaman Hindia Belanda. Salah satu cabang organisasi tersebut juga berdiri di Kota Padang.
Pada masa awal abad ke 20, populasi Yahudi di Padang seperti yang dinukilkan Hirsch dalam “Joodsche toestanden in Indie VII” (NIW 22, 37e Jrg [15 November 1901]), berjumlah 28 jiwa.
"Mereka juga sempat membuat komunitas dan organisasi di Padang," paparnya.
Romi memperkirakan, komunitas Yahudi di Padang masa kolonial hingga kedatangan Jepang, berkisar 70 orang. Dan tidak ditemukan berdirinya sinagog. Sinagog atau Kanisah adalah nama tempat beribadah orang Yahudi.
Berdasarkan sensus pemerintah Hindia Belanda tahun 1930, komunitas Yahudi di Sumatera berjumlah 121. Sementara yang tertinggi berada di Jawa Barat yakni 353 jiwa.
Usai Indonesia merdeka, populasi Yahudi di Indonesia kian menyusut. Pelbagai penyebabnya antara lain, menjadi bagian dari orang-orang yang dibebaskan Sekutu ketika mengalahkan Jepang, dan ikut arus hijrah ke Belanda, Australia, dan Amerika, ketika nasionalisasi menggema di tahun 1950-an.
Populasi yang direkam data statistik Hindia Belanda, semakin menguatkan jejak Yahudi di Minangkabau. Tanpa keberadaan Sinagog secara gamblang, persentuhan komunitas Yahudi dengan Minangkabau lebih menonjol dalam urusan dagang dan administrasi dan tentara, bukan siar agama.
Sejarah Yahudi adalah sejarah konflik dan keterusiran, sehingga mereka diaspora. Menyatu dengan bangsa lain dan atas bendera beragam negara. Namun untuk gen dan darah tetaplah Yahudi.
Komunitas Yahudi harus dipahami bukan agama semata, melainkan identitas baik etnis, agama, budaya dan kesukuan.
Jacobson van den Berg & Co adalah satu diantaranya; bergerak di bidang niaga.
Bersambung ....
(Yose Hendra & tim)