Padangkita.com - Mengabdi di daerah terpencil dengan fasilitas seadanya, serta sulitnya akses transportasi tentu tidak lah mudah. Apalagi bagi mereka yang mengabdi di bidang kesehatan.
RSUD Mentawai misalnya, sebagai pusat utama pelayanan kesehatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, mereka dituntut memberikan pelayanan optimal. Sayangnya, letak geografis yang sulit berada di kawasan terluar dan minimnya akses transportasi menyulitkan pelayanan.
Bagaimana kondisi dan pelayanan kesehatan di wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia itu ? Berikut wawancara Padangkita.com dengan Direktur RSUD Mentawai Marulam Simatupang, beberapa waktu lalu.
Bagaimana kelengkapan fasilitas kesehatan di RSUD Mentawai, apakah sudah memenuhi standar ?
Soal fasilitas kesehatan, kami sebetulnya sudah lumayan bagus untuk daerah seperti Kepulauan Mentawai. Fasilitas gedung utama, dan fasilitas petugas medis, sudah memadai. Termasuk beberapa fasilitas lainnya.
Seperti fasilitas bedah, kami sudah punya, caesar sudah. Begitu juga untuk operasi apendis, bedah, sudah bisa, tapi ya masih terbatas. Apalagi untuk operasi yang parah sekali, misal operasi jantung, operasi otak ya belum bisa dong, karena peralatan masih terbatas.
Fasilitas penunjang seperti air sudah pengolahan sendiri, IPAL sudah ada, yang lain juga ada. Bahkan kami sudah punya mesin pengisian oksigen, jadi sudah cukup memadai.
Untuk tenaga medis, apakah sudah mencukupi ?
Untuk saat ini sudah mencukupi. Kami sudah punya kebidanan, dokter umum, dan beberapa dokter spesialis. Memang untuk dokter spesialis masih kurang. Yang ada spesialis bedah dua orang, spesialis anak satu, spesialis kebidanan satu, radiologi satu, dokter gigi dua dan saya satu, dengan dokter umum, ya sekitar 20 orang lah.
Dari jumlah itu, beberapa dokter masih kontrak, kami perjuangkan ini supaya segera diangkat. Karena cari dokter baru yang mau mengabdi di sini tentu susah. Mereka sudah bersedia, ya perlu diperjuangkan.
Bagaimana peran pemda untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ? Apakah ada perhatian ?
Pemda sudah sangat perhatian kalau untuk bidang kesehatan. Buktinya di RSUD sudah mendapat perhatian pemda, termasuk pegawai kontrak untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat Mentawai.
Kebanyakan pegawai kami memang statusnya kontrak, karena memang awalnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis dan tenaga administrasi. Dari total pegawai yang sekitar 300 orang hanya 90 an saja yang sudah PNS, sisanya kontrak.
Termasuk dokter, juga ahli radiologi, juga kebidanan tadi, masih kontrak. Kita ingin status mereka dinaikan lah. Keinginan saya, pemda atau pusat perhatikan ini, yang kontrak, terutama tenaga medis ini, karena memang susah mencari dokter yang mau mengabdi di sini.
Untuk RSUD Mentawai apakah membutuhkan pegawai sebanyak itu ? termasuk tenaga kontrak ?
Kalau ditanya saya butuh sebanyak ini, sebetulnya tidak juga. Cuma kan ada masalah sosial juga, seandainya tidak ada kontrak ya bahaya, masalah baru lagi. Nah, tugas saya ya bagaimana mengoptimalkan sumber daya kami ini, meningkatkan pelayanan.
Menurut Anda, apa sebetulnya masalah utama pelayanan kesehatan di Mentawai ?
Akses transportasi jadi persoalan. Karena Mentawai ini kan luas sekali, jadi untuk rujuk pasien itu sangat susah, sewa boat mahal, dan menunggu kapal reguler sering terlambat. Karena pengananan kesehatan ini kan sifatnya harus cepat, kalau tidak pasien bisa tidak tertolong.
Seringnya kejadian begitu. Pasien dirujuk ke RSUD, tetapi tidak selamat karena lambat tertolong, karena akses transportasi yang sulit. Kalau akses transportasi bagus, saya kira pelayanan bisa jadi optimal.
Selain itu, juga budaya dan pendidikan masyarakat mengenai kesehatan yang masih rendah. Masyarakat umumnya masih mengutamakan pengobatan tradisional (sikerei). Yang dibawa ke RSUD biasanya yang kasusnya sudah berat. Kalau sudah penyakit berat, lambat ditangani ya susah, akhirnya sampai RSUD tidak tertolong juga.
Dengan kondisi begitu, bagaimana pelayanan di RSUD dilakukan ?
Ya, kami lakukan pelayanan semaksimal mungkin.Yang jelas, kami di sini memprioritaskan pelayanan, mau ada KTP atau tidak pasiennya, mau ada JKN atau tidak, semua kami layani. Ga ada duitnya, kami layani juga, saya tanggung jawab. Kan saya ngga korupsi.
Selama ini justru, tindakan operasi banyak yang kami lakukan justru pasiennya tidak punya kartu. Misalnya kemarin, dari Madobak, mana KTP, belum punya, karena kawin sama orang Madobak sana, tapi harus operasi karena anaknya KJDK (kematian janin dalam kandungan).
Dibawa dengan boat, kami tolong, soal urusan bayar nanti belakangan. Bahkan di sini, kami juga urus soal makan, soal nginap keluarga yang menemani.
Berarti Anda sampai urus persoalan sosialnya juga, boleh diceritakan ?
Ya, mau bagaimana lagi. Sering kali pasien sudah diizinkan pulang, sudah sembuh. Tetapi mereka tidak bisa pulang karena kapal belum ada untuk pulang. Ya, harus nunggu jadwal kapal, terpaksa tinggal di RSUD.
Jadi kami melayani di RSUD ini tidak sama dengan rumah sakit lainnya. Kami juga ikut layani kebutuhan lainnya, makannya, nginapnya.
Kami di sini selain kerja profesional, ya kerja sosial. Karena kondisinya memang begitu, tidak bisa disalahkan.
Prinsipnya kan, kalau udah sehat pulang. Tapi kapal ke Sikakap misalnya, baru datang tiga hari lagi, ya terpaksa mereka nunggu dulu di sini.
Jadi tidak hanya kerja bidang kesehatannnya aja, sosialnya juga kami tangani, karena kondisi daerah ini begitu. Kami belum ada ngusir pasien di sini, belum ada.
Artinya, akses transportasi memang menjadi kunci untuk pelayanan kesehatan di sini ?
Salah satu yang utama iya. Karena, banyak masyarakat mau ke RSUD mikir dulu transportasinya bagaimana. Ini kan daerah kepulauan, transportasi laut dengan ketersediaan kapal yang terjdwal dengan baik tentu dibutuhkan.
Juga program Trans Mentawai harus didukung, untuk mempercepat akses dan mobilitas masyarakat ini.
Kalau komitmen kami untuk pelayanan sudah tidak perlu ditanya lagi lah, kami siap. Bahkan kerja sosial sudah kami lakukan untuk pelayanan kesehatan ini.