Seoul, Padangkita.com - Kasus flu babi Afrika atau African swine fever (ASF )kembali ditemukan untuk pertama kalinya dalam tahun ini di Korea Selatan. Akibatnya, negara gingseng itu memutuskan untuk memusnahkan sebanyak 1.500 babi ternak.
Pemerintah setempat menemukan tiga babi mati yang dinyatakan positif mengidap flu babi Afrika di sebuah peternakan di Provinsi Gangwon dalam minggu ini.
Sebanyak 1.500 babi ternak tersebut dimusnahkan pihak berwenang dalam radius 10 km dari peternakan tersebut.
Menurut laporan kantor berita Yonhap, hingga pekan ini, belum ditemukan kasus baru di peternakan sejak Oktober 2019, namun ditemukan 750 kasus pada babi hutan yang berkeliaran di perbatasan dengan Korea Utara.
Kasus tiga ekor babi ternak yang positif flu babi afrika tersebut menjadi yang pertama dalam tahun ini.
Baca juga: Cek Daftar Kekayaan Presiden AS Donald Trump
Pada bulan September, Korea Selatan, China, dan Jepang melarang impor daging babi dari Jerman setelah kasus flu babi Afrika dikonfirmasi pada babi hutan di daerahnya.
Kemudian, sekitar 400.000 babi dimusnahkan setelah wabah mulai menyebar pada akhir tahun lalu. Flu babi Afrika melanda setidaknya 14 peternakan.
Diketahui, importir besar daging babi seperti China sering memberlakukan larangan impor dari negara-negara tempat ditemukannya flu babi Afrika, meskipun hanya pada hewan liar.
"Perhatian sekarang tertuju pada apakah negara pengimpor, terutama China, memberlakukan pembatasan impor pada daging babi Jerman," kata Andre Schaefer dari pialang komoditas Kaackterminhandel GmbH, dilansir dari Channel News Asia.
"China khususnya adalah pelanggan penting bagi Jerman. Jika larangan impor diberlakukan, kita bisa melihat harga daging babi tertekan di Jerman," katanya.
Ekspor daging babi Jerman ke pasar Asia kemungkinan besar akan terhenti bersama dengan Korea Selatan, kata asosiasi industri daging Jerman VDF.
Asosiasi mengatakan importir Asia adalah pembeli penting produk daging babi yang tidak populer di Eropa seperti kaki, telinga, ekor dan tulang. [*/try]