Jakarta, Padangkita.com - Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan menjadikan pelajaran sejarah sebagai pelajaran pilihan di jenjang SMA/sederajat berujung penolakan.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) adalah salah satu pihak yang menolak rencananya tersebut. Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi menyebut, anak bangsa harus memahami sejarah sebagai sebagai identitas nasional termasuk keluhuran budaya dan peradaban bangsa ini.
Menurutnya, arah dan tujuan bangsa ini ke depan tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan dan cita-cita para pembentukan bangsa ini.
"PB PGRI menolak rencana menghapus pelajaran sejarah di jenjang SMA dan SMK. Pelajaran sejarah sangat penting bagi pembentukan peserta didik yang berkarakter baik sesuai jati diri bangsa sesuai Pancasila dan UUD 1945," kata dia dilansir dari Liputan6.com, jaringan Padangkita.com, Minggu (20/9/2020).
Unifah menegaskan pelajaran sejarah berkontribusi penting untuk memberikan pemahaman dan penanaman nilai perjalanan suatu bangsa kepada generasi selanjutnya sehingga terbentuk watak yang baik dari suatu bangsa.
Ia khawatir para generasi bangsa akan melupakan sejarah bangsanya tanpa adanya pelajaran sejarah bagi siswa.
"Jangan sampai generasi penerus melupakan jati diri dan identitas bangsanya," tegasnya.
Baca juga: Pelajaran Sejarah Bakal jadi Mapel Tak Wajib Bagi Siswa SMA
Pihaknya juga menekankan, penanaman karakter yang baik meliputi jujur, disiplin, sederhana, kerja keras, berinisiatif, bersedia menerima pendapat orang, mau berbagi dan adil, salah satunya dapat diperoleh dari pelajaran sejarah. Karena salah satu fungsi pelajaran sejarah adalah mengembangkan keteladanan dan karakter.
"Pelajaran sejarah berperan penting dalam mengembangkan jati diri bangsa, mengembangkan memori kolektif sebagai suatu bangsa, mengembangkan inspirasi, kreativitas, dan menanamkan nasionalisme yang produktif," jelasnya.
Unifah meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengkaji secara cermat penyederhanaan kurikulum 2013 dengan melibatkan para ahli dan mendengarkan aspirasi berbagai pemangku kepentingan pendidikan. [*/try]