JIKA ada yang akan melakukan kunjungan ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi, kekinian, banyak orang akan mencari informasi dengan menelusurinya menggunakan mesin pencari di Internet. Mengunjungi situs-situs resmi milik pemerintah setempat tentu adalah salah satu pilihan, atau pun mencari referensi lain dari situs non pemerintah.
Apalagi, jika maksud kunjungan tersebut adalah untuk berwisata. Sebelum menentukan pilihan tempat yang akan dikunjungi, hal yang paling utama pasti mengumpulkan informasi apa pun seputar objek wisata yang akan jadi target kunjungan. Tidak hanya informasi berupa tulisan, tapi pasti juga ingin melihat gambar dan rupa dari tempat tersebut. Bisa saja melalui foto dan video.
Pagi (15/1), saya 'resek' membongkar isi situs resmi milik Pemerintah Kota Bukittinggi, yaitu http://www.bukittinggikota.go.id/. Maksudnya bukan untuk mencari target objek wisata yang akan saya dan keluarga kunjungi di Bukittinggi, tapi memang dasar 'iseng' dan jahil belaka. Maklum, efek belum sarapan, rasa ingin tahu jadi tinggi.
Sebelum membuka, pertanyaan awal yang muncul di kepala, kira-kira situs resmi Kota Bukitinggi itu menginformasikan apa soal objek wisatanya? Hem, rupanya begini isinya.
Ketika membuka halaman beranda, http://www.bukittinggikota.go.id/, pengunjung akan disuguhkan tampilan foto ukuran besar ikon Kota Bukittinggi, Jam Gadang. Menarik, wibsite ini sudah mengusung tampilan beranda model wide, tampilan kekinian banyak template. Di bagian atas atau main menu, pengunjung langsung dapat melihat sajian beberapa menu, diantaranya Profil, Pemerintahan, Wisata, Berita, dan Produk Hukum. Nah, disini, saya hanya bongkar menu Wisata.
Jika kita klik menu Wisata, ada tiga tautan menuju konten yang disajikan untuk pengunjung, yaitu tautan Wisata Budaya, Wisata Belanja, dan Jam Gadang. Tapi sayang, dua dari tiga tautan tersebut tidak berisi konten. Tidak ada informasi apapun tentang keduanya. Hanya tautan berjudul "Jam Gadang" yang berisi konten dan mengulas singkat tentang Jam Gadang. Lumayan mengecewakan.
Tapi baiklah, saya akan membagi informasi dengan pembaca tentang apa isi yang terdapat pada tautan Jam Gadang, siapa tahu bisa menjadi referensi bagi anda yang belum pernah berkunjung ke Jam Gadang. Berikut kutipannya.
JAM GADANG
Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".
Selain sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik di hari kerja maupun di hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.
Jam Gadang memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempapada tahun 2007.
Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam,Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.
Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur, putih telur, dan pasir putih.
Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleurFort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.
Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.
Nah, begitu lah isi yang tertulis di tautan Jam Gadang. Jika anda penasaran dan ingin melihat langsung isi tautan di sumber tautan, silakan kunjungi tautan ini, http://www.bukittinggikota.go.id/wisata/jam-gadang.
"Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban di Negeri Sembilan,..". Begitu disebutkan mengenai Kota Bukitinggi dalam laman Tentang Kota Bukittinggi di Menu Profil.
Tapi sayang, Pemerintah Kota Bukittinggi sepertinya enggan membagikan informasi tentang keindahan kotanya kepada calon-calon wisatawan.
Saran saya, jika anda belum pernah berkunjung ke Kota Bukittinggi, dan sudah ada niat di hati ingin menikmati keindahan berbagai macam objek wisata di kota bersejarah itu, carilah informasi selain di situs resmi milik Pemerintah. Mana tau ada yang mengulas lengkap. Terdapat segudang objek wisata di Bukittinggi yang dapat dinikmati untuk mengisi waktu liburan anda. Mulai dari wisata Sejarah, Budaya, Alam, Kuliner, hingga wisata belanja.
Nah, jika di tempat lain anda juga tidak temukan, lalu anda penasaran? Anda ngotot ingin tahu informasi seputar wisata Kota Bukittinggi? Yuk berdoa, semoga Pemerintah Kota Bukittinggi memperbaiki layanan informasinya.