Lubuk Basung, Padangkita.com - Pohon raksasa jenis pohon Medang atau dengan nama latin Litsea sp tumbuh subur di Nagari Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Pohon ini diperkirakan termasuk pohon dengan diameter terbesar di dunia.
Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Agam, Ade Putra mengatakan, pohon raksasa itu memiliki ukuran keliling pohon mencapai 14,5 meter dengan diameter mencapai 4,5 meter lebih dan tinggi lebih dari 35 meter.
"Tentu saja ukuran ini menjadikan pohon tersebut termasuk kelompok pohon dengan ukuran diameter terbesar di dunia," kata Ade ketika dihubungi Padangkita.com, Minggu (16/8/2020) siang.
Ade menyebutkan, tim BKSDA resor Agam mengukur pohon raksasa itu saat melaksanakan kegiatan survei keanekaragaman hayati ekosistem darat di hutan rakyat Nagari Koto Malintang, Jumat (14/8/2020).
Pohon tersebut berada di hutan, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari permukiman warga dengan waktu tempuh berjalan kaki selama kurang lebih 20 menit.
"Pohon itu sebetulnya sudah lama ditemukan. Tapi kemarin itu, karena survei, sekalian kami ukur," ujar Ade.
Berdasarkan data yang ada, kata Ade, saat ini yang tercatat sebagai pohon terbesar di dunia adalah pohon Sequoua yang diberi nama General Sherman, berdiameter 11 meter dan tinggi lebih dari 80 meter dengan umur sudah lebih dari 2.000 tahun. Pohon ini terletak di Taman Nasional Sequoia di California, AS, taman terbesar dan tertua di dunia.
Sementara, ukuran pohon raksasa dari Nagari Koto malintang ini hampir menyerupai pohon terkenal dari jenis Agathis di negara Selandia Baru, yaitu pohon Tane Mahuta yang berada di hutan Waipoua, Selandia Baru.
"Pohon itu memiliki diameter 4,4 meter dan tinggi 50 meter, sudah ada sejak 1.250 tahun yang lalu, atau bahkan 2.500 tahun yang lalu," jelas Ade.
Adanya potensi kekayaan keanekaragaman hayati ini, lanjut Ade, tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Dengan demikian, pohon ini haruslah mendapatkan perhatian dan perlindungan yang maksimal.
Keberadaan pohon raksasa di Koto Malintang ini, telah mengantarkan wali nagari setempat mendapatkan penghargaan tertinggi bidang lingkungan, yaitu Kalpataru dari Presiden Indonesia pada tahun 2013 silam.
"Kearifan lokal yang telah berlangsung lama menjadikan pohon ini tetap ada dan terlindungi sampai sekarang," puji Ade. [mfz/pkt]