Pyongyang, Padangkita.com - Korea Utara dikabarkan telah meledakkan kantor penghubung dengan Korea Selatan, Selasa (16/6/2020).
Peledakkan kantor yang terletak di Kaesong, daerah perbatasan kedua negara tersebut, dikonfirmasi oleh Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel).
"Korea Utara (Korut) menghancurkan Kantor Penghubung Kaesong pada pukul 14.49," kata Kementerian Unifikasi Korsel dilansir dari South China Morning Post, Rabu (17/6/2020).
Konfirmasi ini disampaikan oleh pihak Korsel setelah mendengar sebuah ledakan diikuti kepulan asap yang terlihat dari zona industri bersama di Kaesong, lokasi kantor penghubung tersebut.
Peledakan kantor penghubung tersebut terjadi setelah adik perempuan Kim Jong Un, yaitu Kim Yo Jong melontarkan ancaman pada akhir pekan lalu.
"Tak lama, sebuah adegan tragis dari kantor penghubung bersama utara-selatan yang tidak berguna yang benar-benar hancur akan terlihat," ancam Kim Yo Jong.
Di samping itu, Kantor Berita Korea Utara (KCNA) juga mengonfirmasi kantor penghubung tersebut telah dihancurkan secara tragis dengan ledakan yang dahsyat.
Baca juga: Polisi AS Kembali Tewaskan Warga Kulit Hitam, Atlanta Memanas
Dilansir AFP, kantor penghubung antara-Korea itu didirikan dua tahun yang lalu sebagai simbol rekonsiliasi antar-Korea.
Disebutkan, penghancuran tersebut dilakukan sebagai ancaman untuk para pembelot yang disebut sebagai 'sampah' dan pihak yang melindungi para pembelot.
"Dan mereka, yang telah melindungi sampah, agar membayar mahal atas kejahatan mereka," ujar pihak Korut.
Analis berpendapat, Korut tengah berusaha memanfaatkan ketegangan tersebut untuk menekan Korsel agar membujuk AS melakukan konsensi dalam perundingan denuklirisasi.
Sejak akhir Juni, Korut telah melontarkan berbagai serangan verbal ke Korsel buntut aktivitas para pembelot di perbatasan.
Pekan lalu, Korut juga menyebut pihaknya akan memutus seluruh hubungan komunikasi dengan Korsel.
Direktur Pusat Studi Korea Utara Sejong Institute, Cheong Seong Chang mengatakan, Korut frustrasi karena Korsel telah gagal menawarkan rencana alternatif untuk menghidupkan kembali perundingan AS-Korea Utara.
"Disimpulkan bahwa (Korea) Selatan telah gagal sebagai mediator dalam proses tersebut," kata dia. [*/try]