Jakarta, Padangkitacom - Skor Kesenjangan Gender Global (berdasarkan jumlah penduduk) berada pada posisi 68,6 persen berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2020. Indonesia berada pada peringkat 85 dalam urusan gender gap tersebut.
Hal ini disampaikan Ketua Bidang Gender AJI Indonesia Endah Lismartini dalam keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com, Minggu (9/3/2020).
Menurut Endah, dari data WEF tersebut masih ada 31,4 persen kesenjangan yang menjadi pekerjaan rumah bersama bagi masyarakat global.
Indikator kesenjangan tersebut terdiri dari empat dimensi, yaitu kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan, partisipasi ekonomi, dan pemberdayaan politik.
Baca juga: Hore, Libur dan Cuti Bersama 2020 Bertambah
Kesenjangan paling besar adalah pada kesempatan dan partisipasi ekonomi (58 persen) dan pemberdayaan politik (25 persen). Meski pada kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan angkanya sangat signifikan, yakni 97 persen dan 96 persen.
Endah menilai kesenjangan gender cenderung terjadi dalam dunia kerja, termasuk media. Menurutnya, yang bergelut di bidang jurnalistik, kesetaraan gender di media masih perlu terus didorong meski saat ini terdapat kemajuan, di mana setidaknya 12 perempuan menjadi pemimpin redaksi media mainstream di Jakarta.
Ia menyebutkan ketidakkepastian jenjang karir bagi perempuan masih ada pada level yang lebih rendah. Terutama bagi perempuan yang telah menikah dan memiliki anak. Mereka akan ditempatkan pada kanal-kanal lebih soft, seperti lifestyle dan fashion, bukan pada kanal-kanal penting seperti politik,” ujarnya.
Ia pun menyoroti minimnya fasilitas bagi perempuan pekerja di media, salah satunya ruang menyusui, sehingga banyak yang menyusui di tempat yang tidak layak dan kesempatan pengasuhan bagi laki-laki menemani istri melahirkan yang sangat terbatas.
“Media adalah salah satu pilar demokrasi, kalau kesadaran gendernya dalam media bagus, maka berita yang akan dihasilkan tentu lebih bagus dan sensitif gender,” ujarnya.
Komisioner Dewan Pers Asep Setiawan mengatakan bahwa ketimpangan gender di media tidak hanya menjadi masalah di Indonesia tapi juga problem global.
“Berdasarkan data who make the news hanya 26 persen subject dan sumber berita di berita arus utama internet dan berita yang di-tweet adalah perempuan. Setiap 4 orang yang diwawancara, ditonton atau dikutip dalam berita di seluruh dunia hanya satu orang perempuan. Dalam 20 tahun terakhir, disparitas gender dalam berita hanya bergeser tujuh point dalam temuan 1995-2005,” ujar Ase Setiawan.
Mengenai hal ini, AJI Indonesia menekankan untuk menciptakan kesetaraan gender di dunia kerja perlu mendapat dukungan dan komitmen dari pengusaha dan pengambil kebijakan (pemerintah dan legislatif).
Mereka menilai upaya DPR dalam mengajukan Rancangan Undang-Undangan (RUU) Ketahanan Keluarga, yang kental dengan keinginan untuk mendomestifikasi peran perempuan, justru menjadi indikasi masih kuatnya pengaruh pola pikir patriarki di lingkaran legislatif.
Bagi mereka hal tersebut adalah indikasi fenomena gunung es tentang ketidakadilan peran dan fungsi perempuan dalam berbagai sektor, termasuk dunia kerja. (try).