Permasalahan perbedaan penafsiran tidak akan berkembang meluas dan menjadi pertengkaran antar sesama umat jika sama-sama berlapang dada dan mau kembali kesumbernya. Akan terasa sia-sia Nabi Muhammad SAW menyerukan persatuan umat dan menghormati sesama umat bergama jika sesama kita saling mencerca satu sama lain. Sikap lapang dada dan mau menerima kebenaran menjadi tiang untuk terbentuknya umat islam yang kuat.
AGAMA Islam diturunkan untuk memperbaiki akhlak manusia yang sudah sangat rusak. Selain itu juga disebut sebagai agama yang rahmatan lill ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Dengan kata lain agama islam diturunkan oleh Allah SWT ke dunia bukan hanya sebagai rahmat bagi umat islam semata, namun rahmat bagi seluruh alam. Termasuk untuk orang-orang yang bukan beragama islam.
Begitu mulianya agama islam turun ke bumi ini. Maka sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang mengaku beragama islam untuk selalu menjaga agama yang diturunkan Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Karena dengan masih adanya agama islam di bumi ini, secara langsung bumi dan isinya akan selalu dirahmati oleh Allah SWT. Amin ya rabball alamin
Masalah umat kebanyakan saat ini selalu berkutat dalam tataran kelompok dan sekte-sekte yang diyakini. Saling menyalahkan dan mencap kafir antara kelompok-kelompok aliran sudah menjadi hal yang lumrah untuk saat ini.
Namun, semakin kedepan perkembangan islam, semakin ada sekat-sekat antara para pemeluk agama islam itu sendiri. Masalah umat kebanyakan saat ini selalu berkutat dalam tataran kelompok dan sekte-sekte yang diyakini. Saling menyalahkan dan mencap kafir antara kelompok-kelompok aliran sudah menjadi hal yang lumrah untuk saat ini. Hal inilah yang nantinya bisa merugikan untuk perkembangan agama islam itu sendiri. Kita terlalu sibuk untuk mencari kesalahan orang lain, bahkan sampai-sampai lupa bahwa diri sendiri pun masih tidak luput dari kesalahan.
Perlu sekiranya kita untuk melihat lagi kebelakang bagaimana islam itu mendambakan persatuan dan kesatuan tanpa ada sekat pemisah di antara kita bersama. Agama islam dibawa oleh nabi Muhammad SAW adalah agama yang murni tanpa ada sedikit pun yang mencampuri dengan bumbu-bumbu lain. Agama islam disampaikan oleh Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril dan itulah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ke seluruh umat beliau. Perlu juga untuk diketahui bahwa penyampaian wahyu dalam agama Islam tidaklah setengah-setengah.
Q.S. Al-Maidah ayat 3 menjadi penutup wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Sejak saat itu, maka sempurna lah agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Selain dari firman Allah SWT, sumber utama agama islam adalah Sunnah Rasul. Apa yang dikatakan, perbuatan bahkan sikap diam rasul pun menjadi dua pegangan utama umat islam dalam menjalankan kehidupannya. Setelah Rasulullah meninggal, umat islam mendapatkan dua pusaka yang maha agung yaitu Al-Quran dan Al-Hadist.
Kedua pusaka inilah yang menjadi pegangan untuk hidup berbangsa dan bernegara bagi umat-umatnya sampai akhir zaman. Jadi sudah dapat kita tarik kesimpulan bahwa nabi Muhammad SAW meninggalkan dua pegangan hidup bagi para umatnya sampai hari akhir yaitu Al-Quran dan Al-Hadist. Karena warisan kita sebagai umat islam itu sama, maka seharusnya tidak perlu adanya perbedaan-perbedaan sekte atau aliran yang membuat kita saling bermusuhan satu sama lain. Penulis melihat perbedaan aliran ini diakibatkan oleh penafsiran-penafsiran ulama-ulama besar dimasa lalu mengenai pengaplikasian norma yang ada dalam Al-Quran dan Al-Hadist.
Tidaklah elok rasanya dikarenakan perbedaan penafsiran saja, kira menjadi saling bermusuhan satu sama lainnya. Solusi paling baik ialah kembali merujuk kepada Al-Quran dan Al-hadist.
Sebuah kewajaran jika terdapat berbagai pandangan terhadap penafsiran-penafsiran yang dilakukan oleh para ulama sebagai tindak lanjut dari norma-norma yang ada dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Namun ada satu hal paling penting kita ingat yaitu, jika terdapat pertentangan antara-para ulama-ulama besar mengenai satu hal. Hendaknya kita kembali kepada sumber agama kita yaitu Al-Quran dan Al-Hadist. Namun kebanyakan pada masa ini, orang-orang dari golongan –golongan berbeda malahan mengafirkan saudaranya sesama muslim. Hal itu tentu bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan jika terjadi pertentangan penafsiran agama.
Tidaklah elok rasanya dikarenakan perbedaan penafsiran saja, kira menjadi saling bermusuhan satu sama lainnya. Solusi paling baik ialah kembali merujuk kepada Al-Quran dan Al-hadist. Harus kita ingat, islam itu satu dan dibawa oleh nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat islam, bukan hanya untuk bangsa arab semata. Satu hal lagi yang harus di ingat adalah khotbah perpisahan nabi Muhammad SAW di Padang Arafah ketika haji perpisahan. Beliau menyampaikan akan pentingnya menjaga persaudaraan dan menghormati antara umat beragama. Setiap orang haruslah menghormati orang yang lain meskipun berbeda agama, suku dan ras.
Penulis menganggap bahwa pidato itu merupakan salah satu tonggak sejarah HAM. Hal ini didasarkan beliau tidak hanya mengatakan untuk saling menghormati sesama islam saja, akan tetapi juga menghormati orang-orang bukan islam dan orang-orang bukan dari bangsa Arab. Pesan nabi untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain ini dimaksudkan agar agama islam yang beliau ajarkan ini bukan hanya untuk para penganut islam saja, akan tetapi dapat dirasakan oleh seluruh umat. Ketika kita berbicara masalah keimanan, itu urusan Allah SWT. Beliaulah yang berhak untuk menumbuhkan iman didadam setiap orang.
Dari gambaran-gambaran di atas sudah selayaknya kita kembali menginsafi kehadiran islam itu sebenarnya. Jangan hanya menjadi penganut agama yang merasa betul, ketika ada perbedaan langsung berlawanan dan mencap kafir satu sama lain. Di Indonesia pun banyak aliran-aliran yang berseberangan karena perbedaan aliran fiqh. Sebenarnya jika dikaji ulang fiqh merupakan ciptaan manusia dan berkemungkinan ada kesalahan. Jika itu akan membuat kita saling bermusuhan, kembali saja kepada sumber dari segala sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadist.
Permasalahan perbedaan penafsiran tidak akan berkembang meluas dan menjadi pertengkaran antar sesama umat jika sama-sama berlapang dada dan mau kembali kesumbernya. Akan terasa sia-sia Nabi Muhammad SAW menyerukan persatuan umat dan menghormati sesama umat bergama jika sesama kita saling mencerca satu sama lain. Sikap lapang dada dan mau menerima kebenaran menjadi tiang untuk terbentuknya umat islam yang kuat. Jika telah berbicara Islam hendaknya jangan lagi dibawa penafsiran siapanya, akan tetapi kedepankanlah apa yang diperintahkan oleh Al-Quran dan Al-Hadist. Islam sebagai agama Rahmatan lil ‘Alamin dan agama yang mengedepankan persatuan dan kesatuan. Islam bukanlah agama pembenci terhadap agama lain. Keinsafan ini layaknya perlu dibangun untuk kesatuan umat, agar benar-benar terwujud islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.