Padang Pariaman, Padangkita.com - Angin kencang yang melanda Sumatra Barat beberapa hari terakhir tak mempengaruhi operasional penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang BIM Yos Suwagiyono menyampaikan, sesuai data yang disampaikan dari laporan final harian tanggal 21 Februari 2020, dari 66 pergerakan pesawat udara dengan total penumpang 8.092 pax tidak ada delay akibat angin kencang.
Kata Suwagiyono, secara operasional OTP (on time performance) mencapai 66,66 persen dari total rata-rata keseluruhan penerbangan.
"Tentunya kedepan kita berharap, kondisi fenomena angin kencang ini tidak mengganggu jalannya operasional penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau," ujarnya, Sabtu (22/2/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Angin kencang yang melanda Kota Padang beberapa hari terakhir menyebabkan belasan pohon tumbang di beberapa kecamatan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meterologi Minangkabau menyatakan, kecepatan angin dapat mencapai 30 Knots atau 50-60 km/jam.
Informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, tanggal 21-22 Februari 2020, di Padang ada 13 pohon tumbang. Ada lima pohon tumbang di kawasan Padang Timur, tiga pohon tumbang di kawasan Padang Barat, dua pohon tumbang di Padang Selatan.
Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Sakimin memaparkan, Sejak Kamis (20/2/2020), BMKG Stasiun Meterologi Minangkabau mengamati telah terjadi fenomena angin kencang di wilayah Sumatera Barat terutama di bagian barat Bukit Barisan.
"Berdasarkan data, kecepatan angin dapat mencapai 30 Knots atau 50-60 km/jam. Kondisi angin terjadi diiringi dengan cuaca cerah dan umumnya terjadi pada saat pagi hingga menjelang siang hari," ujarnya.
Hasil analisa BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau terkait fenomena angin kencang dan cuaca cerah tersebut karena adanya pengaruh angin timur laut di Sumatera Barat yang bergerak ke pusat tekanan rendah di Samudera Hindia.
Angin timur laut ini setelah melewati Bukit Barisan bersifat panas dan kering, sehingga menimbulkan pola inversi udara di lapisan atas atmosfer.
Hasil pengamatan Udara Lapisan Atas Stasiun Meteorologi Minangkabau menunjukkan terjadi proses pemanasan di lapisan 950mb yang menimbulkan inversi suhu udara atau suhu udara lapisan atas di atmosfer relatif lebih hangat dibanding di permukaan.
Hal ini menyebabkan terdapat proses pergerakan udara turun atau subsidensi, yang meningkatkan kecepatan angin turun terutama di lereng-lereng perbukitan hingga dataran rendah.
Selain itu, arus udara subsidensi ini juga tidak mendukung proses pertumbuhan awan-awan sehingga kondisi cuaca di Sumatera Barat cenderung Cerah. (pkt-04)