BERDIRI di papan selancar dan bersahabat dengan ombak tentunya memberikan pengalaman berbeda bagi sebagian orang. Terik matahari, asinnya air laut, yang dirasakan menyengat tubuh, seperti tidak megusik sekelompok muda-mudi untuk bergaul dengan ombak Puruih, Padang, Sumatera Barat, yang ketinggiannya mencapi 1,5 meter hingga 2 meter.
Kalau sekedar gaya-gayaan, mungkin mereka ga bakalan sanggup melawan panas yang terasa menyengat kulit. “Awalnya emang hoby lama kelamaan jadi life style (gaya hidup),” aku M.Rido yang akrab disapa Dai oleh rekan-rekan pencinta olah raga ekstrim itu di Padang.
Dia bilang, sudah delapan tahun ia menggeluti olah raga ekstrim yang memacu adrenalin tersebut. Bahkan, ujar Ketua West Sumatera Surf Asociation tersebut, berselancar bisa menimbulkan sakau seperti mengkonsumsi narkoba. “Selancar lebih gokil ketimbang narkoba. Jika dibandingin nih, gue lebih suka liat ombak besar yang bisa dijadiin sahabat ketimbang milih narkoba,” akunya. Kalo dibandingin ama cewek gimana?
“Kalo disuruh milih, kita-kita ini bakal minta waktu sedikit buat becanda ama ombak dulu ntar baru ceweknya,” aku Rido yang mengaku sudah bekeluarga. Pacaran ama peselancar kudu sabar nungguuin doi yang sibuk dengan hobinya. Tapi, aku Rido, paling tidak ia masih menyisakan waktu buat keluarga. Kalo ditanyain porsinya, mungkin lebih lama pacaran ama papan seluncurnya. Pagi ampe jam 11.00 WIB dihabisin buat berselancar. Sorenya pun (sekitar pukul 16.00 WIB) ia kembali menikmati indahnya pantai berselama papan seluncur.
Berselancar emang dah jadi pilihan buat Rido yang juga bekerja di salah satu provider seluler di Kota Padang. Saat ditemui di pantai Puruih, ia tengah sibuk memperhatikan peselancar lain dari dalam dan luar negeri yang tengah asik menikmati alunan ombak sedang ala Pantai Padang. Puluhan muda-mudi tengah asik berselancar di terik matahari.
Ombak Puruih dijadikan sebagai alternatif latihan bagi peselancar pemula di Kota Padang. Rekan-rekan Rido yang datang dari Jakarta mapun luar negeri, memilih uji coba dulu di Pantai Puruih. Kalo pengen lebih menantang dengan ketinggian ombak yang lebih ekstrim, hal itu bisa ditemui di Mentawai. Rido mengaku, ombak Mentawai tidak hanya digemari peselancar dari dalam negeri, bule pun mengagumi keelokan ombak Mentawai. “Ga jauh bedalah ama laut di manca negara,” akunya.
Komunitas pencinta olahraga ekstrim tersebut cukup lumayan. Tercatat sekitar 400 peselancar tergabung dalam West Sumatera Surf Asociation. Menurut Rido, penggemar olah raga selancar makin berkembang mengingat beberapa workshop yang menyediakan peralatan-peralatan selancar mulai berkembang.
Rido pun mengaku memiliki workshop sendiri yang menyuplai peralatan surfing bagi pemula-pemula yang berniat menggeluti olahraga tersebut. Harga satu papan seluncur pun berfariasi. Model yang ditawarkan pun beragam, mulai dari yang secound maupun yang benar baru. “Yang secound bisa didapatin seharga Rp1,5 juta-an,” aku Rido. Kalo barang papan asli dan brandit, harganya bisa mencapai Rp7 jutaan. Bagi pemula yang pengen coba-coba olah raga yang memacu adrenalin itu, harga lebih miring pun bisa didapetin. Cukup dengan merogoh kocek Rp500 ribu hingga Rp700 ribu papan second yang sedikit dipoles bisa dimiliki.
Ga butuh lama kok buat bisa menggeluti olah raga macho tersebut. “Dalam waktu satu bulan dengan porsi latihan dua jam sehari, gue rasa dah bisa buat gaul ama ombak,” aku Rido. Tentunya, butuh pengorbanan juga dong. Kepala benjol, atau jidat robek karena kebentur papan selancar, itu mungkin belum seberapa. Mungkin saja butuh pengorbanan yang lebih dari sekedar benjol atau lecet. Ketantang ga buat nyoba?