Padang, Padangkita.com - Di tengah pencarian global untuk pengobatan penyakit Alzheimer, secercah harapan justru datang dari kearifan lokal Minangkabau.
Sekelompok mahasiswa dari Departemen Biologi Universitas Andalas (UNAND) kini tengah mendalami potensi Dadiah, produk fermentasi susu kerbau tradisional, sebagai terapi alternatif untuk melawan penyakit neurodegeneratif yang menggerogoti memori ini.
Penelitian yang berhasil lolos pendanaan ini menjanjikan pendekatan baru yang inovatif, yaitu dengan memanfaatkan hubungan misterius antara kesehatan usus dan fungsi otak.
Riset yang dipimpin oleh Muhammad Samudra Ilham ini beranggotakan Febi Febianti, Zhafira Nabila Irsyah, Sofiana Kemal, dan Muhammad Naufal.
Mereka mengangkat judul formal "Potensi Neuroprotektif Dadiah Sebagai Terapi Alzheimer melalui Keseimbangan Mikrobiota dengan Analisis Histopatologi dan Bioinformatika".
Penyakit Alzheimer menjadi ancaman serius yang terus meningkat. Di Indonesia saja, jumlah penderitanya diperkirakan telah melampaui 4,2 juta jiwa. Penyakit ini ditandai dengan penumpukan plak protein beta-amiloid di otak yang merusak sel saraf, mengakibatkan penurunan memori dan fungsi kognitif secara progresif.
Tim peneliti muda dari UNAND ini tidak berfokus langsung pada otak, melainkan pada usus. Mereka mengeksplorasi konsep "gut-brain axis" atau "sumbu usus-otak", sebuah jalur komunikasi dua arah yang krusial antara sistem pencernaan dan sistem saraf pusat.
"Penelitian klinis sebelumnya telah menunjukkan bahwa pemberian probiotik, atau bakteri baik, terbukti efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif pada penderita Alzheimer. Di sinilah Dadiah masuk," jelas Muhammad Samudra Ilham, ketua tim peneliti, Kamis (2/10/2025)
Dadiah, yang kerap disebut sebagai 'yogurt'-nya orang Minang, merupakan sumber probiotik alami yang luar biasa. Makanan khas yang difermentasi di dalam bambu ini didominasi oleh Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam konsentrasi yang sangat tinggi, sering kali mencapai 10⁸ cfu/g. Potensi inilah yang ingin mereka buktikan secara ilmiah.
Untuk menguji hipotesis mereka, tim akan menggunakan metode eksperimental in vivo pada tikus yang telah dimodelkan menderita Alzheimer. Efek pemberian Dadiah akan dianalisis secara mendalam, mulai dari perubahan histopatologi (jaringan otak) hingga analisis bioinformatika untuk melihat interaksi molekuler yang terjadi.
Target utamanya adalah membuktikan bahwa probiotik dari Dadiah mampu memberikan efek neuroprotektif—atau perlindungan terhadap sel saraf—di otak tikus.
Mekanismenya diduga melalui metabolit yang dihasilkan bakteri baik di usus, yang kemudian berinteraksi dengan protein kunci penyebab Alzheimer sekaligus menyeimbangkan kembali ekosistem mikroba di pencernaan (gut-microbiota).
"Riset ini adalah upaya kami menjembatani pelestarian budaya Minangkabau dengan sains modern. Kami ingin meningkatkan nilai tambah produk tradisional Dadiah, sekaligus mencoba menjawab mekanisme molekuler di balik manfaat probiotik untuk Alzheimer," ungkap Samudra.
"Harapan besar kami," tambahnya, "adalah memberikan dasar ilmiah yang kuat bagi pengembangan Dadiah sebagai terapi alternatif yang aman, terjangkau, dan berbasis kearifan lokal."
Proyek ambisius ini turut didampingi oleh dosen ahli, Rita Maliza, S.Si., M.Si, Ph.D, yang memiliki rekam jejak penelitian ekstensif di bidang Biokimia dan Biologi Manusia, memastikan riset ini berjalan sesuai kaidah ilmiah yang ketat. [*/hdp]