Padang, Padangkita.com - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon meresmikan Museum Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Koto Tinggi, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar), betepatan dengan peringatan ke-76 Hari Bela Negara (HBN), Kamis (19/12/2024).
Museum PDRI ini terwujud melalui proses panjang. Tahapan pembangunannya telah dmulai sejak 2012 silam. Menbud Fadli Zon berharap, Museum PDRI yang megah tersebut dapat menjadi ikon museum sejarah di Indonesia. Tata pamer dan narasi museum ini dimulai dari Proklamasi Kemerdekaan hingga terbentuknya NKRI 1950. PDRI, kata dia, menjadi episode penting selama akhir Desember 1948 hingga 13 Juli 1949.
Koto Tinggi dipilih karena wilayah ini merupakan salah satu tempat penting PDRI, ketika Ibu kota saat itu, Yogyakarta, dikuasi penjajah Belanda dan para pemimpin negara, Presiden Soekarno, Wakil Presiden M. Hatta, Sutan Syahrir, Haji Agus Salim dan sejumlah tokoh ditangkap.
Gagasan dibangunnya Museum PDRI berawal dari pembangunan Monumen Bela Negara. Sejumlah tokoh masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) dipimpin Wakil Gubernur Muslim Kasim sekitar awal tahun 2012 menemui Mendikbud ketika itu.
Dalam rapat-rapat di bawah koordinasi Kementerian Pertahanan (Kemenhan), disepakati bahwa Monumen PDRI dibangun di Nagari Koto Tinggi. Dengan kesadaran penuh ,masyarakat Koto Tinggi langsung menyerahkan lahan dengan luas sementara 20 hektare dari rencana 50 hektare.
Pembangunan Monumen Bela Negara yang di dalamnya terdapat Museum PDRI diawali dengan serangkaian kegiatan, antara lain, Seminar Nasional, FGD, Sayembara Desain Monumen dan Museum PDRI.
Pembangunan fisik Museum PDRI dilaksanakan secara bertahap sejak tahun 2013 sampai 2016. Sempat terhenti pada tahun 2017-2018, sampai akhirnya ada pertemuan para pemangku kepentingan yang menghasilkan keputusan untuk melanjutkan pembangunan Museum PDRI.
Pada tahun 2019 pembangunan dua bangunan Gedung Museum dan Auditorium PDRI rampung. Kemudkan, pada tahun 2020 pekerjaan tata pamer terkendala bencana pandemi Covid 19, sehingga sasaran diarahkan kepada perencanaan kajian dan tata pamer museum.
Pada tahun 2021, tata pamer museum yang memberikan gambaran perjuangan secara nasional pun rampung. Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan (Kemenbud), finalisasi perbaikan dilakukan dua bulan terakhir agar Museum PDRI bisa dibuka untuk umum.
Sejarah Penting dan Ekonomi Masyarakat
Pada peresmian Museum PDRI, Menbud Fadli Zon menyampaikan rafleksi, bahwa pada 19 Desember 1948 Yogyakarta jatuh dikuasai Belanda, para pemimpin negara ditahan. Sehingga disebut oleh Belanda bahwa Indonesia sudah tak ada lagi. Sudah tak eksis lagi.
Soekarno dan Hatta sudah mengantisipasi agresi militer Belanda ini dan memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Sjafroeddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat jika terjadi agresi militer. Maka pada 22 Desember 1948 dibentuklah PDRI dan perlawanan dilanjutkan dari hutan-hutan Sumatera dan gerilya di Jawa termasuk serangan-serangan umum.
"Berita perlawanan terhadap Belanda disiarkan melakui radio-radio yang menyebar dari Sumatera Tengah ke Aceh, ke Burma lalu India hingga ke PBB di New York. Siaran ini menjadi bahan perjuangan diplomatik para perwakilan RI di New York yang menyuarakan dan menyatakan bahwa Indonesia masih ada, masih eksis. Sehingga klaim Belanda tak bisa diterima dan memaksa Belanda harus duduk lagi berunding hingga diselenggarakannya Perundingan Roem-Royen lalu menuju Konferensi Meja Bundar. Akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia," ungkap Fadli.
Pada peresmian Museum PDRI hadir Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Bupati Limapuluh Kota, Pj Wali Kota Padang, perwakilan kementerian dan lembaga, DHD Angkatan 45, keluarga Sjafroeddin Prawiranegara dan keluarga M. Rasjid, serta para pemangku adat, dan masyarakat.
"Karena hari ini Hari Bela Negara, kita jadikan peristiwa ini sebagai momen pengingat perjuangan PDRI. Sejarah PDRI melengkapi babak atau episode penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, khususnya pada 1948-1949. Kementerian Kebudayaan akan menghidupkan kembali Direktorat Sejarah untuk menjadi fondasi bagi narasi bersama dan memori kolektif bangsa. Mengokohkan identitas penting di era globalisasi, di tengah gempuran arus informasi dari luar," terang Fadli.
Ia pun sangat mengapresiasi lahan kawasan Museum PDRI merupakan hibah dari masyarakat Koto Tinggi. Menurut Fadli Zon, Museum PDRI dan kawasan tersebut dapat menjadi pusat budaya dan destinasi wisata, sehingga ke depannya kegiatan ekonomi dapat tumbuh. Selain sarana untuk belajar sejarah, menurut Fadli, Museum juga dapat digunakan untuk berbagai kegiatan budaya, dan Kementerian Kebudayaan akan mendukung kegiatan-kegiatan tersebut.
"Saya sangat yakin museum PDRI ini akan menjadi salah satu ikon museum sejarah di Indonesia, karena hadir di tengah semangat kuat dalam bela negara. Mudah-mudahan ke depan akan makin banyak penulisan sejarah, hingga kita bisa mendapatkan sejarah yang utuh bahwa perlawanan terhadap penjajah dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat di daerah-daerah di Indonesia," tegas Menbud Fadli.
Baca juga: Menbud Fadli Zon Pimpin Upacara Peringatan ke-76 Hari Bela Negara di Sumbar
Fadli Zon berpesan agar peresmian Museum PDRI dan peringatan Hari Bela Negara menjadi semangat bersama dalam perjuangan untuk bangsa dan negara.
“Nilai-nilai perjuangan dan cinta tanah air harus terus dikobarkan di setiap dada manusia Indonesia. Sebab ke depan, tantangan zaman akan lebih berat dan kompleks lagi,” pungkas Fadli Zon.
[*/pkt]