Kenakalan Remaja: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan

Kenakalan Remaja: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan

Tomi Hendra, M.Sos, Dosen Komunikasi UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. [Foto: Dok. Pribadi]

ORANG TUA mana yang mau anaknya terjerumus dalam kenakalan remaja. Tapi inilah faktanya, tawuran ada di mana-mana. Banyak murid yang melawan pada gurunya, pergaulan bebas terpampang nyata di depan mata. Terlibat dalam aksi balap liar. Lihat saja media sosial. Kira- kira bagaimana dengan masa depan mereka?

Seorang remaja pernah bercerita, sebut saja namanya Bunga. Masuk dalam pergaulan bebas bukan tanpa alasan, haus perhatian dan kasih sayang dari sosok orang tua, keluarga broken home pemicunya.

Bisa dibayangkan bagaimana rasanya seperti sosok Bunga yang haus akan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Ternyata dia harus mendapatkan dari luar keluarga, yang pada akhirnya mengantarkan dia menjadi penikmat syahwat dan menjadi pemain melalui aplikasi kencan online. 

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) melansir, pada 1 Januari 2024 terdapat 20.968 pengaduan kasus kekerasan dengan 4.618 korban dan 18.146 korban perempuan. Inilah realitas tentang kenakalan remaja.

Lallu,apa itu kenakalan remaja?

Dalam objek kajian ilmu sosiologi, kenakalan remaja dikenal dengan istilah delikuensi. Hal ini diartikan dengan tingkah laku yang menyalahi norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat.

Kartini Kartono mengungkapkan, kenakalan remaja merupakan perilaku kejahatan oleh anak-anak muda, merupakan gejala penyakit sosial pada anak usia remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu melakukan tindakan yang cenderung menyimpang.

Dalam hal ini tentu bukan tanpa alasan. Karena tidak akan mungkin ada asap kalau tidak ada api. Kenakalan remaja tidak akan mungkin terjadi, bila tanpa ada faktor penyebabnya. 

Keluarga sebagai Lingkungan Pertama

Keluarga merupakan tarbiyah pertama bagi anak. Serta menjadi tempat untuk mengenal nilai dan norma. Keharmonisan keluarga, kurangnya perhatian orang tua atau pola asuh yang tidak konsisten dapat menyebabkan remaja merasa terabaikan. Perasaan ini sering kali diekspresikan melalui perilaku negatif oleh remaja yang sedang mencari jati diri.  

Lingkungan juga menjadi salah satu faktor pemicu kenakalan remaja. Hal ini tidak bisa dinafikan. Lingkungan dapat mempengaruhi prilaku remaja.

Dalam hal ini para orang tua lebih bijak lagi melihat lingkungan bermain anak remajanya. Teman bermain yang didapatkan dari lingkungan yang salah juga menjadi sebab kenakalan remaja.

Lingkungan yang salah akan mendorong remaja untuk melakukan tindakan yang salah seperti bullying, perkelahian, atau bahkan tindak kriminal. Apa lagi saat sekarang ini kasus bullying sedang marak-maraknya di lingkungan sekolah.

Selanjutnya, teknologi saat ini bukanlah hal yang asing lagi. Kemajuan teknologi telah memberikan pengaruh yang sangat luar biasa khususnya bagi para remaja.

Di mana akses tanpa batas sangat bisa dinikmati oleh para remaja. Tidak sedikit aksi tawuran remaja didorong oleh pengaruh konten kekerasan, gaya hidup hedonis, hingga budaya toxic yang tersebar di media sering kali diimitasi tanpa filter.

Jadi, tidak bisa disalahkan kenakalan remaja datang dari teknologi dan media yang tidak diiringi dengan edukasi dan pengawasan orang tua.

Sementara itu tekanan mental, konflik internal, dan ekspektasi sosial sering kali menimbulkan stres pada remaja. Tanpa dukungan emosional yang memadai, mereka rentan mencari pelarian dalam bentuk perilaku menyimpang.

Maka dalam hal ini orang tua perlu mengambil andil. Tidak hanya banyak ditemukan saat ini rusaknya mental remaja yang rusak karena kecanduan bermain game online. 

Kenakalan remaja tidak hanya merugikan individu pelaku, tetapi juga memberikan dampak besar pada masyarakat. Ketidakamanan di sekolah dan lingkungan sekitar, degradasi moral, hingga potensi rusaknya masa depan generasi muda merupakan dampak yang harus ditanggung bersama. Hal inilah yang perlu diperhatikan lagi dalam aspek sosial.

Kenakalan remaja merupakan cerminan dari dinamika sosial yang kompleks. Remaja tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi juga institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan.

Upaya pencegahan terhadap hal negatif agar dampak buruk tidak terjadi dan tindakan kuratif harus dilakukan secara sinergis untuk menyelamatkan generasi muda dari jurang moral dan kriminalitas.

Baca juga: Mahyeldi: Pembinaan Remaja di Sumbar Butuh Kolaborasi Seluruh Pemangku Kepentingan

Sebab, di tangan mereka masa depan bangsa ditentukan. Mari bergerak bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi para remaja, sebelum kenakalan remaja menjadi wabah yang sulit untuk dikendalikan.

[*]

Penulis: Tomi Hendra, M.Sos, Dosen Komunikasi UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Baca Juga

Roberia Ajak Masyarakat Berdonasi Dukung Persikopa di Ajang Piala Soeratin U-17 Nasional
Roberia Ajak Masyarakat Berdonasi Dukung Persikopa di Ajang Piala Soeratin U-17 Nasional
Indonesia Vs Arab Saudi: Duel Seru di Lapangan, Sampah Plastik Jadi 'PR' Kita Semua
Indonesia Vs Arab Saudi: Duel Seru di Lapangan, Sampah Plastik Jadi 'PR' Kita Semua
Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Tembus Pasar Internasional, Perusahaan Lokal Pariaman Ekspor 140 Ton Pinang ke India
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Bank Nagari Ingin Ikut Pembiayaan Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Sanggup Rp500 Miliar
Bank Nagari Ingin Ikut Pembiayaan Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Sanggup Rp500 Miliar
Survei Pilkada Limapuluh Kota
Survei Pilkada Limapuluh Kota