Luas Perhutanan Sosial yang Dikelola Petani di Sumbar Capai 287.553 Hektare

Luas Perhutanan Sosial yang Dikelola Petani di Sumbar Capai 287.553 Hektare

Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah bersama Chairman of The Board WRI Indonesia, Dino Patti Djalal, dan Board Member RWI Indonesua dan Global Board of Directors WRI, Mari Elka Pangestu, dalam acara Peringatan 10 Tahun WRI Indonesia di Jakarta, Senin (5/8/2024). [Foto: Dok. Biro Adpim Sumbar]

Jakarta, Padangkita.com - Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, menyampaikan apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada World Resources Institute (WRI) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang terus mendukung komitmen Pemprov Sumbar dalam pengelolaan perhutanan sosial.

Mahyeldi menghadiri Peringatan 10 Tahun WRI Indonesia di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta, Senin (5/8/2024), yang mengusung tema ‘Mengubah Gagasan Besar Menjadi Aksi Nyata’. Pada kesempatan itu, Mahyeldi mengungkapkan, sejauh ini Sumbar sangat beruntung selalu menjadi tempat pelaksanaan kegiatan perhutanan sosial bagi WRI Indonesia.

“Hingga akhir 2023, capaian perhutanan sosial di Sumbar sudah 205 unit, dengan luas akses kelola 287.553 hektare dan telah memfasilitasi 175 ribu Kepala Keluarga (KK). Capaian ini merupakan sumbangsih dan bentuk komitmen Pemprov Sumbar untuk mencapai target perhutanan sosial nasional sebesar 12,7 juta hektare,” ujar Mahyeldi dalam sambutannya.

Dalam laporannya, Mahyeldi menyatakan bahwa sejauh ini Kementerian LHK sudah mengalokasikan kawasan hutan untuk dikelola masyarakat Sumbar seluas 700 ribu hektare lebih. Adapun sebagai perwakilan Pemerintah Pusat di daerah, Pemprov Sumbar terus berkomitmen untuk meningkatkan kolaborasi demi kemajuan Perhutanan Sosial di Sumbar.

“Perhutanan sosial sudah masuk di dalam RPJMD Sumbar tahun 2021-2026 dengan target luas 50.000 hektare per tahun. Dalam hal ini, WRI Indonesia secara khusus telah melakukan kerja sama dengan Pemprov Sumbar dalam Fasilitasi Perhutanan Sosial, baik dalam proses penyiapan maupun pengembangan usaha,” ujar Mahyeldi lagi.

Ia merinci, sejak tahun 2021, WRI Indonesia bersama Pemprov Sumbar telah berkegiatan di lebih 20 nagari (desa), meliputi kegiatan percepatan akses kelola kawasan hutan oleh masyarakat, yang telah berjalan hingga pertengahan tahun 2024 dengan capaian 12.409 hektare, dan dua skema hutan adat seluas 445 hektare yang lokasinya berada di luar kawasan hutan.

“Kami juga bermohon kepada Ibu Menteri LHK, agar pengakuan terhadap hutan adat seluas 445 hektare tersebut dapat segera terbit persetujuannya,” ujar Mahyeldi dalam acara yang juga dihadiri oleh Chairman of The Board WRI Indonesia, Dino Patti Djalal, serta Board Member RWI Indonesua dan Global Board of Directors WRI, Mari Elka Pangestu.

Bukan saja akses kelola, sambung Mahyeldi, kolaborasi WRI dengan Pemprov Sumbar juga telah mendorong lahirnya unit-unit usaha berbasis kehutanan di pinggir hutan, dan berkembangnya komoditi hasil hutan bukan kayu yang mendukung ketahanan pangan di Sumbar. Beberapa unit usaha yang telah berkembang tersebut antara lain, KUPS Agroforestri, KUPS Ekowisata, KUPS Madu Galo-galo, KUPS Asam Kandis, dan lainnya.

“Tercatat pada 2020, pendapatan petani hutan Rp1,5 juta per bulan. Pada tahun 2021 meningkat jadi Rp1,7 juta. Tahun 2022 meningkat lagi jadi Rp1,9 juta, serta pada tahun 2023 berdasarkan hasil survei pendapatan petani hutan Sumbar menjadi Rp2,3 juta per bulan,” sebut Mahyeldi lagi.

Selain itu, Pemprov Sumbar juga telah mengesahkan Perda Nomor 1 tahun 2024 tentang Perhutanan Sosial. Serta, untuk mendukung pengelolaan data dan informasi perhutanan sosial, Pemprov telah membangun Sistem Informasi Perhutanan Sosial Sumatera Barat (SIPS SUMBAR), yang menyajikan data progres Perhutanan Sosial dan perkembangan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) di dalamnya.

Sementara itu dalam sambutannya, Direktur WRI Indonesia, Nirarta Samadhi menyebutkan, 10 tahun usia WRI memang masih terhitung muda bila dibandingkan dengan ruang lingkup dan jaringan organisasi masyarakat sipil lain yang telah hadir lebih dulu di Indonesia. Namun, usia itu bukan faktor penghalang bagi WRI untuk berkarya.

Baca juga: Dampak Perhutanan Sosial di Sumbar: Dulu Pelaku ‘Illegal Logging’, Kini Petani Kopi dan Ekowisata  

“Terutama sekali untuk membangun reputasi dan jaringan dalam kerja dan karya di bidang lingkungan hidup dan pembangunan, baik secara nasional maupun global. Selama satu dekade terakhir, semangat inilah yang mendorong kami untuk terus membangun momentum dan  memanfaatkan peluang untuk menjadi perubahan sistemik,” ujar Nirarta.

[*/adpsb]

Baca Juga

Mahyeldi-Vasko Kolaborasi dengan Kadin  Kembangkan Dunia Usaha di Sumbar
Mahyeldi-Vasko Kolaborasi dengan Kadin Kembangkan Dunia Usaha di Sumbar
Mahyeldi Kenalkan Program Nagari Creative Hub saat Kampanye di Nanggalo Kota Padang
Mahyeldi Kenalkan Program Nagari Creative Hub saat Kampanye di Nanggalo Kota Padang
Agam dan Pasaman Masuk Daftar Daerah Tingkat Kerawanan Tinggi di Pilkada Serentak 2024
Agam dan Pasaman Masuk Daftar Daerah Tingkat Kerawanan Tinggi di Pilkada Serentak 2024
Andre Rosiade Resmikan Penyalaan Listrik Rumah Warga Air Dingin Kabupaten Solok
Andre Rosiade Resmikan Penyalaan Listrik Rumah Warga Air Dingin Kabupaten Solok
Mahyeldi-Vasko: Perhutanan Sosial Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Sekitar Hutan
Mahyeldi-Vasko: Perhutanan Sosial Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Sekitar Hutan
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar
Pemprov akan Bangun Kantor MUI Sumbar Bertingkat 5 dengan Anggaran Rp24 Miliar