Padang, Padangkita.com – Upaya menjadikan Pabrik Semen Indarung 1 menjadi warisan budaya dunia terus menyala dari Sumatra Barat (Sumbar). Kali ini, melalui Diskusi Sinergitas Pelestarian Warisan Budaya: ‘Pabrik Semen Indarung 1 Menuju Warisan Budaya Dunia’ .
Diskusi dibuka oleh Gubernur Sumbar yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat, Jefrinal Arifin, Rabu (15/5/2024) mlam di Hotel Truntum Padang.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) ini akan berlangsung selama 3 hari, 15 -17 Mei 2024. Adapun pesertanya terdiri dari tokoh masyarakat, komunitas, akademisi, seniman, budayawan, media, serta pemangku kebijakan.
“Kita patut berbangga karena pada 8 Mei 2024 silam, arsip Pabrik Indarung I ditetapkan sebagai memori kolektif Asia Pasifik pada sesi 10 th Memory of the World Committee for Asia and The Pasific (MOWCAP) General Meeting di Ulaanbaatar Mongolia. Arsip ini menjadi satu dari 10 kronik sejarah di Indonesia yang semakin mendekati penetapan sebagai Memory of the Word (MOW) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” ungkap Jefrinal mewakili Gubernur Sumbar dalam sambutan pembukaan.
Sebelumnya, arsip Pabrik Indarung I telah ditetapkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada 23 Mei 2023. Sejak berdiri tahun 1910 hingga 1999, pabrik yang terletak di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, telah memproduksi jutaan ton semen untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negari. Pembangunan bangunan di Amsterdam, Rotterdam, Monumen Nasional (Monas) dan bangunan bersejarah lainnya di Asia Tenggara dibangun menggunakan semen yang dihasilkan oleh pabrik ini.
Kepala BPK Wilayah III Provinsi Sumatra Barat, Unri, menyebutkan sejak Pabrik Semen Indarung I ditetapkan sebagai Kawasan Cagar budaya Peringkat Nasional melalui SK Mendikbudristek Nomor 54/M/2023, ada keinginan stakeholder untuk menjadikan pabrik ini sebagai warisan budaya dunia UNESCO.
“Kami dari BPK Wilayah III selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jendral (Dirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkewajiban mendukung niat baik itu dalam rangka pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya,” tegas Unri.
Pabrik Indarung 1 tercatat sebagai pabrik semen pertama di Asia Tenggara. Menurut Unri, setelah 124 tahun, pabrik ini ibarat tulang belulang tidur dari besi-besi berkarat yang mencuat ke langit. Kawasan ini membutuhkan penataan agar potensi yang dikandungnya bisa memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.
“Penataan ini nantinya akan memunculkan banyak pertanyaan seperti apa saja yang dilakukan, bagaimana cara mewujudkannya, strategi apa yang dipilih, bagaimana menyusunnya, terdiri dari apa saja, apa bentuk aktivitasnya, dan lain-lain. Karenanya, pertemuan kali ini akan mengupas 3 aspek penting yakni regulasi, tata kelola, dan desain besar (grand desain). Harapannya kegiatan ini bisa melahirkan rekomendasi untuk penataan tersebut,” jelas Unri.
Pada panel regulasi akan difasilitasi oleh FX Rudi Gunawan selaku Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tentang Regulasi Bangunan Cagar Budaya dalam perspektif lembaga-lembag di Indonesia.
Panel 2 soal tata kelola akan diisi oleh Yasmina Zulkarnaen, produser dari Jakarta yang memfasilitasi soal pengelolaan yang modis serta efektif untuk pemgembangan Pabrik Indarung I. Lalu, ada Agustina Rochyanti yang merupakan programer Indonesiana pada sesi model kebijakan, kecairan tindakan dan pelemasan administrasi dalam mendorong tata kelola Pabrik Indarung I.
Pada panel 3 soal grand desain ada M.Aidil Usman, perupa dari Jakarta yang menjadi fasilitator tentang model kebijakan terukur, organik dan keberlanjutan dari Pabrik Indarung I dalam kurun satu abad. Donny Eros yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAND yang akan memfasilitasi di desain pengembangan Pabrik Indarung I di masa depan.
Sumbar Punya Contoh Praktik yang Baik
Direktur Perlindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Judi Wahjudin menyebutkan bahwa Sumbar sebetulnya telah memiliki praktik baik terkait Warisan Tambang Budaya Ombilin Sawahlunto (WTBOS).
Pada 6 Juli 2019 silam, WTBOS resmi ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan budaya dunia. Sejak saat itu, Sumbar menjadi provinsi yang memiliki satu dari enam situs warisan budaya dunia yang ada di Indonesia.
Lima kawasan lain yang ditetapkan oleh UNESCO yakni Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996), Landscape Budaya Provinsi Bali: Subak sebagai Perwujudan dari Filosofi Tri Hita Karana (2012), dan Sumbu Filosofi Jogjakarta (2023)
“Mudah-mudahan praktik baik yang sudah dilakukan sebelumnya menjadi contoh untuk pengusulan nominasi warisan budaya dunia kali ini. Pengusulan ini membutuhkan komitmen bersama dan kesabaran semua pihak karena durasinya akan sangat panjang,” ujar Judi yang hadir secara daring.
Ia menegaskan penting untuk memperkuat ekosistem yang sudah ada, mulai dari masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, akademisi hingga instansi terkait pelestarian, pengembangan hingga pemanfaatan situs tersebut baik dari aspek sosial budaya, pendidikan hingga ke regulasi.
Edy Utama, budayawan Indonesia asal Sumbar yang hadir saat pembukaan menyebutkan ada banyak potensi yang bisa digali dari Pabrik Semen Indarung I. Pabrik semen tertua di Asia Tenggara ini merupakan teknologi yang termuktahir pada masanya.
Baca juga: Arsip Pabrik Indarung I Semen Padang Raih Pengakuan MOWCAP UNESCO: Bukti Sejarah dan Kepedulian
“Ini sebenarnya bisa menjadi museum peradaban tentang sejarah intelektual, ekonomi, dan sosial budaya Sumatra Barat. Semuanya itu berpotensi untuk diaktivasi sebagai bagian upaya untuk melindungi objek itu sebagai warisan dunia. Ini merupakan sumber pengetahuan dan kearifan kita menghadapi masa depan itu,” harap Edy.
[lke/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News