Padang, Padangkita.com - Terowongan kembar atau Twin Tunnel di Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan (Cisumdawu), Jawa Barat (Jabar) telah mencuri perhatian karena keindahan, keunikan, dan mencatat sejumlah rekor konstruksi jalan di tanah air.
Twin Tunnel yang dibangun Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga melalui Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) ini merupakan terowongan pertama yang berada di jalan tol.
Tak itu saja, terowongan ini merupakan yang terowongan tol terpanjang di Indonesia dengan panjang 472 meter, pada ruas Tol Cisumdawu yang memiliki panjang 61,6 km.
Baca juga: Tol Terowongan Terpanjang di Indonesia Diresmikan, Dibangun 12 Tahun dan Anggaran Rp18,3 Triliun
Menurut Kepala BGTS Fahmi Aldiamar membangun terowongan ini sebagai shortcut jalan, karena faktor topografi daerah yang memiliki pegunungan atau bukit. Sehingga, jika dibangun jalan menyusuri bukit akan terjal, sempit dan tepinya itu berupa tepi jurang, serta sangat berisiko bagi pengguna jalan dari segi kenyamanan dan keamanan.
Inovasi teknologi yang digunakan pada pembangunan terowongan ini, ungkap dia, menggunakan metode New Austrian Tunneling Metode (NATM) atau metode penggalian bertahap.
“Metode ini adalah metode yang paling baik untuk kondisi matrial yang akan digali, jadi di Cisumdawu ini memang material yang akan kita gali adalah material vulkanik, dominan materialnya memang lebih mudah runtuh jika ada air, dan yang kedua memang akibat dari erupsi gunung berapi biasanya ada bongkahan-bongkahan batuan yang tercampur dimaterial tanah tersebut, jadi untuk metode lainnya hanya bisa digunakan pada kondisi homogen,” terang Fahmi saat mengisi podcast ‘Bincang Jalan dan Jembatan’, dikutip Selasa (26/9/2023).
Tantangan pembangunan terowongan ini, lanjut dia, yaitu ketidakstabilan lereng yang harus diatasi dengan cara perkuatan tanah (forepoling), yaitu sistem pipa yang dimasukkan ke dalam tanah yang digali membentuk setengah lingkaran dan diisi dengan grouting, yakni material pengisi beton.
Tujuannya, membuat suatu perkuatan di sekeliling terowongan. Hal tersebut dilakukan secara berulang – ulang dengan panjang galian 60-80 cm.
Pembangunan terowongan Twin Tunnel ini juga memperhitungkan dampak lingkungannya.
“Terutama dari segi gangguan lingkungan, kita harus memotong alur air yang sebetulnya untuk kebutuhan warga bisa terputus. Nah, dengan terowongan ini kita bisa mengondisikan daerah di sekitarnya atau di daerah permukaannya tidak akan terganggu. Mungkin hanya bagian inlet portal atau outlet akan ada konstruksinya. Tetapi bukit bagian atas tidak ada gangguan sama sekali,” terang Fahmi.
Alasan terowongan Twin Tunnel dibangun dengan bentuk kembar yang terlihat indah, lanjut dia, karena terowongan ini membutuhkan enam lajur sehingga dibuat dua terowongan dengan dua arah yang berbeda.
Hal ini seperti di negara negera lain yang memaksimalkan tiga lajur untuk pembangunan terowongan. Sehingga, jika dibuat satu area permukaan terowongan yang besar dengan kebutuhan enam lajur akan memiliki gangguan yang cukup besar dan berisiko terjadi keruntuhan pada saat pelaksanaan konstruksi maupun ketika setelah konstruksi.
Selain itu, terowongan ini pun dibentuk seperti bambu runcing. Konsep ini bertujuan untuk penyesuaian mata pengguna jalan terhadap transisi pencahayaan dari terang ke gelap, serta terdapat pencahayaan lampu khusus di bagian pintu masuk yang berwarna kuning, di tengah warna putih, dan saat keluar berwarna kuning.
“Dan, disarankan pembangunan terowongan tidak dibangun mengikuti cahaya matahari terbit atau terbenam, karena sangat membahayakan pengemudi,” ungkapnya.
Baca juga: Jalan Tol Terindah 3 Terowongan Menembus Bukit Barisan Ini kembali Digarap
Terowongan ini didesain dengan umur hingga 100 tahun. Adanya Jalan Tol Cisumdawu dan terdapatnya terowongan Twin Tunnel ini telah memangkas perjalanan dari Bandung ke Dawuan, Kabupaten Subang menjadi hanya 45 – 60 menit saja. Hebat bukan? [*/pkt]
Baca berita Nasional terbaru dan berita Sumbar terbaru hanya di Padangkita.com.