Padang, Padangkita.com – Sejumlah festival unik akan memeriahkan rangkaian Festival Muaro Padang. Salah satunya adalah Festival Ba’cang Ayam dan Lamang Baluo yang akan diadakan di bawah Jembatan Siti Nurbaya.
Pemko Padang menjadwalkan, Festival Ba’cang Ayam dan Lamang Baluo pada tanggal 25 April nanti.
“Saya mengajak warga yang ingin libur pada saat Lebaran nanti agar di Padang saja, karena kita punya banyak hiburan, salah satunya Festival Ba’cang Ayam dan Lamang Baluo,” ajak Wali Kota Padang Hendri Septa, Senin (3/4/2023).
Festival Ba’cang Ayam dan Lamang Baluo di Bawah Jembatan Siti Nurbaya pada libur Lebaran nanti termasuk ke dalam agenda rangkaian Festival Muaro Padang. Festival Muaro Padang dihelat mulai tanggal 23-27 April.
Tidak saja menggelar Festival Ba’cang Ayam dan Lamang Baluo, pada Festival Muaro Padang juga digelar kegiatan budaya yang menghibur pengunjung.
“Peserta Festival Ba’cang Ayam dan Lamang Baluo merupakan kuliner produk UMKM yang ada di Padang, kegiatan ini kita gelar mulai pukul 14.00 WIB. Nantinya, pengunjung tidak saja dapat menikmati ba’cang maupun lamang baluo, tetapi juga lompong sagu,” kata Hendri Septa.
Selain menampilkan aneka kuliner khas Kota Padang tersebut, nantinya juga ditampilkan kesenian Tionghoa dan kesenian tradisional Minang. Seperti pertunjukan barongsai, naga, drum band, tari tradisional, line dance, dan lainnya.
Sekadar informasi, bakcang atau ba’cang merupakan penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Ba’cang artinya berisi daging sapi. Ada juga yang diisi dengan daging ayam, sayuran, atau srikaya.
Ba’cang dibuat dari beras ketan dengan isi seperti daging, jamur, udang, seledri, dan jahe. Ba’cang kemudian dibungkus daun bambu panjang dan lebar yang telah dimasak terlebih dahulu. Setelah dibungkus, ba’cang kemudian diikat berbentuk limas segitiga.
Keempat sudut limas pada ba’cang ini memiliki arti yang berbeda. Sudut pertama berarti zhi zu. Artinya merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Bisa bermakna pula bahwa orang tak boleh serakah. Sudut kedua ialah gan en atau bersyukur.
Artinya, orang tidak boleh iri dengan apa pun yang dimiliki sesamanya. Sedangkan sudut ketiga berarti shan jie atau pikiran positif. Maksudnya, orang harus menilai sesamanya dari sisi baik. Sisi keempat adalah bao rong yang berarti merangku. Ini dimaksudkan supaya manusia mampu mengembangkan cinta kasih kepada sesama.
Sementara itu lamang baluo merupakan penganan khas Minang. Lamang dimasak dengan cara dipanggang atau dibakar di atas bara api dengan cara dimiringkan dan ditopang dengan besi atau kayu basah.
Isi yang terdapat dalam lamang ini yaitu beras ketan yang dimasukan ke dalam buluah (bambu) dengan panjang ukuran 50 cm dan bahkan hingga satu meter. Namun, sebelum beras ketan dimasukan, di dalam bambu itu terlebih dahulu dimasukan gulungan daun pucuk pisangnya.
Apabila beras sudah dimasukan ke dalam bambu, selanjutnya menuangkan santan kelapa ke dalam bambu yang sudah ada beras ketannya. Jika telah selesai, maka lemang siap-siap untuk dipanggang hingga beras ketan benar-benar telah matang.
Khusus untuk lamang baluo (baluo adalah parutan kelapa tua yang dicampur gula merah), ada cara tersendiri sehingga lemang itu memiliki isi yaitu luonya.
Baca juga: Festival Muaro Padang Dibuka 23 April 2023, Ada Selaju Sampan hingga Marandang
Lamang baluo ini hampir sama dengan cara memasak lamang pada umumnya, hanya saja sebelumnya beras ketan dimasukan ke dalam bambu, harus ada kayu ukuran kecil dimasukan ke dalam bambu itu. Tujuan kayu itu, nantinya sebagai tempat untuk memasukan luo ke dalam lamang yang hampir matang dipanggang. [*/pkt]