Jakarta, Padangkita.com – Sejumlah inovasi diterapkan PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), anak perusahaan PT Hutama Karya, dalam membangun ruas Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).
Salah satunya pada Jalan Tol Indralaya – Prabumulih, yang melewati Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enim dan Kota Prabumulih.
HKI mendesain Jalan Tol Indralaya - Prabumulih yang memiliki panjang 64,5 km, untuk kecepatan maksimal 100 km/jam. Struktur jalan tol terdiri dari konstruksi at grade dengan flexible pavement sepanjang 58 km, dan sisanya merupakan konstruksi elevated berupa pile slab dan jembatan.
Jalan tol ini memiliki dua simpang susun (interchange), yakni Interchange Indralaya dan Interchange Prabumulih.
Adapun inovasi yang diterapkan dalam proyek ini yakni penggunaan geofoam pada oprit jembatan. Penggunaan geofoam bertujuan untuk menggantikan material timbunan di belakang oprit yang berat.
Geofoam merupakan salah satu material geosintetik yang terbuat dari polimer Expanded Polystyrene dan Xtruded Polystyrene (XPS) yang mempunyai properti berat jenis yang lebih rendah dibandingkan material granular atau tanah.
“Dengan penggunaan geofoam, diharapkan meminimalisasi penurunan oprit selama masa layanan jalan. Selain itu, keunggulan geofoam yakni mudah diaplikasikan, mutu yang mudah dikontrol, dan tidak terkendala dengan cuaca,” ungkap Direktur Operasi III HKI Selo Tjahjono, dalam keterangan tertulis, Kamis (2/3/2023).
Pada area jembatan Kelekar yang lokasinya cukup sulit dijangkau crane, dilakukan girder erection dengan metode launcher. Metode launcher pada girder erection dipilih karena dimensi pierhead yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan crane.
Pada lokasi-lokasi tanah lunak, digunakan Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan Preloading sebagai treatment. PVD merupakan salah satu bahan geosintetik yang berbentuk pita terdiri dari inti (core) dan selimut (jacket) yang dipasang secara vertikal dan berfungsi sebagai penyalur air dari bawah ke atas (vertikal).
Sedangkan preloading adalah salah satu jenis penanganan tanah lunak dengan cara memberikan beban berupa timbunan surcharge yang berfungsi sebagai pengganti beban perkerasan dan lalu lintas selama proses konsolidasi.
Dari sisi teknologi, HKI telah mengimplementasikan BIM (Building Information Modeling) secara komprehensif di Proyek Tol Indralaya - Prabumulih, mulai dari fase perencanaan hingga fase konstruksi.
Dengan menggunakan BIM, proses konstruksi di lapangan menjadi lebih efektif dikarenakan perencanaan konstruksi yang matang dan detail sebelumnya, yang berujung mengurangi rework dan waste.
Enterprise Resources Planning (ERP) berbasis SAP juga telah diimplementasikan di Proyek Tol Indralaya-Prabumulih. Dengan menggunakan ERP-SAP, seluruh proses bisnis dapat dicatatkan secara real time sehingga memudahkan untuk mengambil keputusan.
Baca juga: Begini Progres Sejumlah Ruas Jalan Tol Trans Sumatra yang segera Rampung
Kualitas, keselamatan dan kesehatan kerja menjadi perhatian utama HKI dalam membangun jalan tol. [*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News