Padang, Padangkita.com - Bencana gempa yang terjadi di Turki dan Suriah menjadi bencana alam terbesar di awal tahun 2023 ini. Dari berbagai laporan diketahui jumlah korban jiwa telah mencapai belasan ribu.
Belum lagi, ratusan ribu atau bahkan mungkin mencapai jutaan jiwa mengalami kerugian kehilangan tempat tinggal atau cedera luka dan lain lain. Situasi diperburuk lagi oleh cuaca yang saat ini dalam musim dingin yang menambah penderitaan korban gempa
Peneliti logistik bencana Universitas Andalas (Unand), Prof Rika Ampuh Hadiguna menyatakan berdasarkan pengalaman dan studi yang dilakukan, ketika bencana alam semacam gempa terjadi, ada dua kunci sukses dalam upaya meminimumkan dampak bagi korban. Yakni, koordinasi dan sistem logistik tanggap darurat bencana.
“Perlu diupayakan agar para korban tidak mengalami kondisi-kondisi ancaman kesehatan yang makin parah. Misalnya, awalnya dalam keadaan luka ringan akhirnya menjadi luka berat, atau yang awalnya dalam keadaan sehat justru menjadi sakit. Nah ini menjadi tantangan terbesar ketika kita menghadapi bencana alam gempa yang sebesar yang dialami Turki dan juga Suriah,” jelasnya.
Berkaitan dengan koordinasi dan logistik tanggap darurat, Rika menyatakan hanya akan berhasil dengan adanya leadership yang kuat. Dia memandang kepemimpinan di Turki saat ini relatif cukup kuat. Karena itu, dua kunci sukses ini dipercaya sudah dimiliki oleh Turki.
Di sisi lain untuk bencana alam berskala besar ini secara khusus menjadi perhatian masyarakat dunia. Melalui PBB, secara khusus akan ditangani secara khusus oleh lembaga semacam World Food Programme (WFP) serta berbagai NGO internasional yang memiliki spesialisasi di dalam logistik penanganan bencana juga dilibatkan.
Peneliti logistik bencana Unand lainnya, Reinny Patrisina menambahkan, bahwa 72 jam pertama pasca-gempa merupakan waktu yang sangat krusial.
“Semua dalam keadaan shock dan gagap. Korban ada di mana-mana alat berat belum siap, SDM harus segera dikerahkan, jalan raya rusak dipenuhi tumpukan reruntuhan gedung karena itu koordinasi menjadi hal yang utama,” ungkap Reinny Patrisina.
Tipe Logistik Bencana
Rika Ampuh menjelaskan adanya perbedaan mendasar antara logistik bencana dibandingkan logistik sebagaimana yang dipahami secara umum.
Logistik meliputi tiga tipe aliran barang, aliran informasi dan aliran uang. Namun khusus dalam penanganan logistik bencana, tiga tipe ini menjadi dua aliran, yaitu aliran barang bergabung dengan aliran uang, sementara aliran satu lagi adalah informasi.
Pada logistik kemanusiaan/bencana ini tidak ada transaksi jual beli sehingga aliran uang jadi bagian yang tidak terpisahkan dari aliran barang.
“Aliran barang adalah berbagai macam barang bantuan, untuk disalurkan kepada korban bencana. Baik yang dimiliki Turki, maupun barang-barang yang telah disiapkan oleh negara-negara tetangga serta oleh badan dunia yang memang akan dikirimkan dan akan distribusikan kepada para korban bencana gempa ini,” tutur Rika.
Sementara itu, aliran informasi menjadi sangat penting jadi perhatian karena letak geografis lokasi penampungan korban, lokasi pusat distribusi, barang apa saja yang dibutuhkan yang mendesak dan urgen seperti pakaian selimut dan ada obat-obatan.
Di sisi lain, kata Rika, tentu juga ada kebutuhan mendesak makanan yang bersifat instan yang bisa langsung dimakan. Semua itu dalam kerangka waktu karena tanggap darurat yang biasanya paling lama dia ditangani untuk periode 1 bulan tergantung besar skala dari bencana gempa itu.
Baca juga: KBRI Ankara telah Evakuasi 123 WNI Terdampak Gempa di Turki
“Jadi, ini yang perlu diperhatikan ketika penanganan logistik bencana yaitu bagaimana kita harus tepat dalam mengelola aliran barang dan bagaimana kita harus bisa tepat dalam menyiapkan informasi,” jelas Rika. [*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News