Padang, Padangkita.com – Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah menyampaikan bahwa Minangkabau atau Sumbar, sebenarnya sudah sangat dekat dengan dua doktrin penting Nahdlatul Ulama (NU), yaitu Tawassuth dan Tasamuh.
Mahyeldi membahas Tawassuth dan Tasamuh saat memberikan sambutan dalam Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) II Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumbar, di Aula Hotel UNP, Kamis (7/7/2022) malam.
Sikap Tawassuth, kata Mahyeldi, diwujudkan dan dirumuskan dalam ‘Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’ (ABS-SBK) sebagai jalan tengah yang diambil oleh leluhur di masa lalu untuk menghindari benturan antara nilai-nilai adat dengan nilai-nilai agama.
Sementara, prinsip Tasamuh, lanjut Mahyeldi, bermakna sikap menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki keyakinan atau prinsip hidup yang tidak sama dengannya, tanpa mengakui atau membenarkan keyakinan atau prinsip yang berbeda tersebut.
Ia mencontohkan, orang luar Sumbar mengenal Sumbar sebagai daerah yang adatnya lekat sekali dan diidentikkan dengan Islam. Padahal, Provinsi Sumatra Barat mempunyai suatu daerah kepulauan yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mayoritas penduduknya pemeluk Kristen. Namun, kata Mahyeldi, tidak pernah ada isu intoleransi di sana. Perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang untuk merajut kebersamaan.
"Falsafah ini terus dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau hingga kini. Jadi, walau mungkin tidak tergabung secara formal dalam NU, masyarakat Minangkabau sebenarnya sudah sangat dekat dengan prinsip Tawassuth dan Tasamuh dalam kesehariannya," ungkap Gubernur Mahyeldi.
Gubernur Mahyeldi berharap Mukerwil II PWNU Sumbar bisa meningkatkan sinergi dan kolaborasi yang telah terjalin antara Pemprov Sumbar dengan NU.
"Mari lebih kita tingkatkan lagi, baik kuantitas maupun kualitasnya, untuk bersama mewujudkan visi RPJMD Provinsi Sumatra Barat 2021-2026, terwujudnya Sumatra Barat Madani yang Unggul dan Berkelanjutan yang didukung melalui 4 Program Unggulan, yaitu Sumbar Sehat dan Cerdas, Sumbar Religius dan Berbudaya, Sumbar sejahtera, Sumbar Berkeadilan," harap Mahyeldi.
Saat membuka Mukerwil, Wakil Ketua Umum PBNU KH. Nusron Wahid, mengajak segenap pengurus NU di Sumbar untuk bisa menghidupkan kembali tradisi melahirkan ulama-ulama besar dari Minangkabau, seperti Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Syekh Yasin Alfadani dan Syekh Burhanuddin Ulakan.
"Tugas NU di Sumbar ini menanggung beban sejarah yang berat. Historisnya sangat mulia yang harus direjuvenasi dan revitalisasi. Ulama besar harus muncul lagi dari Minangkabau. Kuncinya pendidikan agama sejak dini dihidupkan kembali dan pesantren. Minimal satu anggota keluarga belajar di pesantren," kata Nusron.
“Pertanyaannya sekarang, mampukah NU Sumbar melahirkan kembali ulama-ulama yang bereputasi seperti ulama-ulama asal Minangkabau? ini tantangan,” ujar Nusron lagi.
Sebelumnya, Ketua Tanfidziyah PW NU Sumbar, Ganefri mengapresiasi kehadiran peserta Mukerwil dari kabupaten dan kota se-Sumbar. Menurut Ganefri, Mukerwil ini merupakan momen penting guna menunjukkan eksistensi NU di Sumbar.
"Saat ini terdapat 179 majelis wakil cabang (MWC) di Sumbar. Untuk pengkaderan, akan dibentuk di setiap MWC tersebut ranting-ranting hingga ke setiap nagari, kelurahan dan desa," ungkap Ganefri.
Baca juga: Genius Umar dan Mardison Mahyuddin Dikukuhkan Sebagai Mustasyar PCNU
Turut hadir dalam pembukaan Mukerwil, Anggota DPRD Sumbar Siti Azizah Aziz dan Firdaus, Wakil Bendahara PBNU Azwandi Rahman, Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Helmi, Ketua dan Sekretaris PCNU se-Sumbar, Ketua Lembaga PWNU Sumbar dan Ketua Badan Otonom (Banom) PWNU se-Sumbar. [*/pkt]