Pulau Punjung, Padangkita.com - Tim medis Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PRHSD) mengirimkan sampel tubuh Puti Maua Agam ke Laboratorium Patologi Pusat Studi Satwa (PPSSP) Primata Institut Pertanian Bogor (IPB).
Hal tersebut guna memastikan penyebab kematian harimau sumatra jenis kelamin betina umur tiga tahun terakhir.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Ardi Andono mengatakan, sampel bagian tubuh tersebut diambil saat proses nekropsi atau bedah bangkai pada hari yang sama dengan kematian Puti Maua Agam, Rabu (8/6/2022).
Proses nekropsi tersebut disaksikan langsung oleh petugas BKSDA Sumbar.
"Dalam nekropsi tersebut diambil beberapa sampel bagian-bagian tubuh Puti Maua Agam yang selanjutnya dikirim ke Laboratorium PSSP IPB dengan dilampirkan diagnosa pembanding (diferensial diagnosa) guna meneguhkan penyebab kematian Puti Maua Agam," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com, Kamis (9/6/2022).
Terkait bagaimana hasilnya, pihaknya akan menginformasikan. Dia menerangkan, Puti Maua Agam juga sudah dikebumikan.
Sebelumnya, Manager Operasional PRHSD, Patrick Flaggellata mengabarkan, Puti Maua Agam mati akibat sakit pada Rabu kemarin sekitar pukul 05.00 WIB.
Sebagai informasi, Puti Maua dievakuasi dari konflik harimau-manusia dari Jorong Kayu Pasak Timur Nagari Salareh Aie Kecamatan Palembayan, Agam, pada 10-11 Januari 2022.
Harimau sumatera berjenis kelamin betina berumur tahun tahun ini turun dari hutan Cagar Alam Maninjau dan memasuki pemukiman diperkirakan karena kekurangan pakan akibat penyakit African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan kematian massal babi hutan di Agam sebanyak kurang lebih 50 ekor.
Baca Juga: Kabar Duka dari Dharmasraya, Harimau Puti Maua Agam Mati Akibat Sakit
Begitu tiba di PRHSD pada 12 Januari 2022, Puti Maua segera diberikan pemeriksaan medis menyeluruh dan rehabilitasi setelah terdeteksi mengalami helmintiasis, defisiensi nutrisi, dan limfositosis. Namun, setelah hampir lima bulan mati, Puti Maua mati. [fru]