Pulau Punjung, Padangkita.com - Puti Maua Agam, harimau sumatera asal Kabupaten Agam dikabarkan mati di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PRHSD) ARSARI, Rabu (8/6/2022) sekitar pukul 05.00 WIB.
Manager Operasional PRHSD ARSARI, Patrick Flaggellata mengatakan, Puti Maua mati karena sakit dalam proses rehabilitasi.
Penurunan kondisi Puti Maua, tutur dia, diawali ketika harimau sumatra itu terpantau sakit pada 18 Mei 2022 dan mengalami penurunan nafsu makan serta beberapa luka miasis.
"Kondisinya sempat membaik mulai 27 Mei. Namun, pada 6 Juni 2022 mendadak Puti kembali sakit diikuti dengan hipersalivasi, dan tidak dapat
diselamatkan lagi pada 8 Juni 2022," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com, Kamis (9/6/2022).
Pengamatan tim medis PRHSD ARSARI jelang kematiannya menunjukkan napas Puti sempat sesak, yakni mencapai 60 kali per menit
"Tim memberikan atropin sulfat dan nebul salbutamol, serta menyuapinya dengan menggunakan batang kayu yang diisi pakan daging, tetapi tidak dimakan,” ungkapnya.
Setelah kematian Puti Maua, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatra Barat (Sumbar) memutuskan untuk melakukan nekropsi atau bedah bangkai di hari yang sama.
"Tujuannya untuk mendapatkan informasi rinci penyebab kematian Puti melalui pengujian laboratorium terhadap sampel dari organ tubuh harimau tersebut," sampainya.
“Kami sangat berterima kasih atas kerja keras tim PRHSD ARSARI dalam menyelamatkan, merehabilitasi, dan merawat Puti sampai saat terakhir,” ujar Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono,
yang memimpin upaya evakuasi Puti dan sejatinya sedang merencanakan proses lepas liar Puti menunggu kesembuhannya.
Secara terpisah, Catrini Kubontubuh, Direktur Eksekutif Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD) selaku pengelola PRHSD mengungkapkan keprihatinannya.
“Kematian Puti merupakan sebuah
kehilangan yang besar bagi kita semua. Terutama mengingat harimau sumatera adalah satwa dilindungi berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan salah satu penyebab utamanya adalah ketersediaan habitat alami dengan pakan mangsanya kian berkurang.” tutur Catrini.
Ketua YAD, Hashim Djojohadikusumo, juga mengekspresikan belasungkawa.
“Walaupun hal ini merupakan kehilangan besar bagi pecinta dan pegiat pelestarian Harimau Sumatera, semoga hal ini tidak menyurutkan, tetapi justru semakin membakar semangat semua pihak dalam upaya pelestarian satwa liar Indonesia, khususnya Harimau Sumatera,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Puti Maua dievakuasi dari konflik harimau-manusia dari Jorong Kayu Pasak Timur Nagari Salareh Aie Kecamatan Palembayan, Agam, pada 10-11 Januari 2022.
Harimau sumatera berjenis kelamin betina berumur tahun tahun ini turun dari hutan Cagar Alam Maninjau dan memasuki pemukiman diperkirakan karena kekurangan pakan akibat penyakit African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan kematian massal babi hutan di Agam sebanyak kurang lebih 50 ekor.
Baca Juga: Harimau Sumatra Betina yang Tertangkap di Salareh Aia Diberi Nama ‘Puti Maua Agam’
Begitu tiba di PRHSD ARSARI pada 12 Januari 2022, Puti Maua segera diberikan pemeriksaan medis menyeluruh dan rehabilitasi setelah terdeteksi mengalami helmintiasis, defisiensi nutrisi, dan limfositosis. Namun, setelah hampir lima bulan mati, Puti Maua mati. [fru]