Jakarta, Padangkita.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, jajarannya akan menjaga harga minyak goreng tetap terjangkau. Beragam kebijakan telah diterbitkan oleh pemerintah dalam beberapa waktu belakangan.
Diketahui, penyebab kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh kenaikan harga minyak goreng di negara-negara yang terletak di benua Eropa dan negara-negara Amerika Serikat (AS) semenjak awal 2022.
“Harga minyak goreng terutama di Eropa, di Amerika naiknya tinggi, harga di dalam negeri ketarik (naik harganya),” kata Presiden Jokowi dilansir, Minggu (22/5/2022).
Oleh karena itu, produsen minyak goreng di dalam negeri lebih memilih mengekspor minyak goreng dibandingkan memasok di dalam negeri sehingga terjadi kenaikan harga minyak goreng dalam negeri karena kelangkaan stok. Untuk mengatasi masalah tersebut, Presiden mengakui telah memutuskan beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.
“Akhirnya saya setop, setop minyak goreng enggak boleh ekspor. Tetapi itu juga kebijakan yang tidak mudah,” kata Presiden.
Setelah ekspor minyak goreng disetop, harga tandan sawit jatuh, dan ini terkait dengan 17 juta orang tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja.
“Negara ini menemukan keseimbangan seperti itu tidak mudah, jangan dipikir mudah, tidak mudah. Begitu juga selain urusan petani, urusan pekerja di sawit, juga urusan pendapatan negara,” kata Presiden.
Meski demikian, Presiden Jokowi optimistis dalam dua pekan kedepan harga minyak goreng di pasaran sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah.
“Tapi kuncinya sudah ketemu, ini dalam seminggu, dua minggu, Insya Allah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp14.000 (per liter),” ujar Presiden.
“Tadi saya cek di Pasar Muntilan, saya mampir di Pasar Muntilan tadi, cek berapa harga per liter Rp14.500. Besok saya mau cek di pasar-pasar yang lain, mungkin dalam waktu seminggu dua minggu saya kira semua pasar sudah seperti itu,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Presiden juga bersyukur dengan harga beras yang relatif stabil dan stok beras yang mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir, tambah Presiden, nilai impor beras yang dilakukan oleh pemerintah sangat kecil.
Baca Juga: Soal Minyak Goreng, Andre Rosiade Sebut Para Menteri Tidak Bernyali
“Biasanya kita impor 1,1 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah tiga tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan. Syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya produktivitas petani itu harus ditingkatkan,” tutup Presiden. [*/isr]