Bahaya Mikroplastik di Batang Arau dan Batang Kuranji, Ini Saran WALHI dan ESN untuk Pemko

Bahaya Mikroplastik di Batang Arau dan Batang Kuranji, Ini Saran WALHI dan ESN untuk Pemko

Kampanye penyelamatan Batang Arau dan Batang Kuranji dari pencemaran mikroplastik. [Foto: WALHI Sumbar]

 Padang, Padangkita.com - Selain melakukan pengujian di Batang Arau, WALHI Sumatra Barat (Sumbar) dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) juga akan melakukan pengujian kualitas air dan mikroplastik di Batang Kuranji.

Sungai ini merupakan sumber air irigasi dan PDAM Kota Padang. Menurut penelitian Farhan Hanieve, Budhi Primasari dan Yommo Dewilda dari Teknik Lingkungan Universitas Andalas, air sungai tersebut mengandung mikroplastik 1670-10.000/m3 air.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com, WALHI menyebutkan timbulnya mikroplastik di Batang Arau dan Batang Kuranji bersumber dari timbulan sampah liar di tepi sungai dan di dalam badan air sungai, karena tidak tersedianya sarana tempat sampah yang memadai yang seharusnya dibangun oleh Pemko Padang.

Kemudian, limbah domestik dari kegiatan mandi dan cuci rumah tangga yang tidak diolah. Sebanyak 98% jenis mikroplastik yang ditemukan adalah jenis fiber atau benang yang berasal dari polyester atau bahan pakaian yang di-laundry. Selanjutnya, dari sumber lain berpotensi datang dari mikroplastik di udara.

Mikroplastik Ancam Kesehatan Manusia

Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil fragmentasi atau terpecahnya plastik-plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, sachet popok dan bungkus plastik atau peralatan terbuat dari plastik yang menjadi sampah dan terbuang di media air atau media lingkungan lainnya.

Proses pecahnya plastik ukuran besar menjadi ukuran kecil disebabkan oleh radiasi sinar matahari, pengaruh fisik gerakan atau arus air.

Mikroplastik masuk kategori senyawa penganggu hormon karena dalam proses pembuatan plastik ada banyak bahan kimia sintetis tambahan dan sifat mikroplastik yang hidrofob atau mudah mengikat polutan dalam air.

"Mikroplastik yang masuk dalam air akan mengikat polutan di air seperti logam berat, pestisida, detergen dan bakteri patogen, jika mikroplastik tertelan manusia melalui ikan, kerang dan air maka bahan polutan beracun akan berpindah ke tubuh manusia dan menyebabkan gangguan hormon," ungkap peneliti Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, Prigi Arisandi.

Pemko Padang harus mengendalikan timbulan sampah di Batang Arau dan Batang Kuranji dengan membuat Regulasi larangan penggunaan plastik sekali pakai seperti styrofoam, tas kresek, sedotan, botol plastik, sachet dan popok.

“Pemkot Padang harus mengkaji ulang Perda tentang pengelolaan sampah, karena sudah tidak relevan dan kurang disosialisasikan kepada masyarakat, apalagi saat ini sudah diketahui ada kontaminasi mikroplastik di perairan Padang,” ujar Prigi Arisandi.

"Industri harus meredesign bungkus yang mereka gunakan agar bisa dipakai berulang kali atau menyediakan depo-depo refill dan mereka harus ikut mengelola sampah bungkus yang kini membanjiri," ulasnya.

Atas temuan di dua sungai tersebut, WALHI dan ESN menyarankan agar Pemko Padang melakukan sejumlah kebijakan. Antara lain, pertama menjadi teladan dalam perubahan perilaku pengurangan plastik sekali pakai (PSP) dalam setiap kegiatan Pemko dan yang mendukung pemilahan dan pengolahan sampah organic.

Kemudian, Pemko menyusun Peraturan Daerah (Perda) pengelolaan sampah dan menerapkan sebagaimana mestinya, terutama regulasi pengurangan PSP (tas kresek, Sachet, Styrofoam, Botol air minum dalam kemasan/AMDK, popok dan sedotan).

Lalu, menegakkan Perda yang sudah ada, dengan memberlakukan insentif dan disinsentif. Pemko Padang membuat dan menerapkan Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) di masing-masing kawasan (seperti kelurahan atau desa).

Pemko Padang juga mesti menyediakan fasilitas/infrastruktur pengelolaan sampah khususnya pengelolaan sampah organik, dan meningkatkan kapasitas pengolahan sampah organik di tingkat kawasan.

Pemko Padang juga mesti melakukan kerja sama dan pembinaan bagi usaha-usaha informasi pengolahan sampah organik, dan mendukung kampanye Zero Waste, kampanye pengurangan dan pengelolaan sampah secara instensif kepada masyarakat.

Baca juga: WALHI Sumbar dan ESN Rilis Merek Sampah Plastik yang Dominasi Pencemaran Sungai di Padang

Kemudian, mendorong rodusen yang menghasilkan sampah untuk implementasi EPR dan redesign packaging produk, sehingga tidak menimbulkan sampah jenis residu seperti sachet yang tidak bisa didaur ulang. [*/pkt]

Baca Juga

Satpol PP Bersihkan Bangunan Liar di Bantaran Sungai Batang Arau
Satpol PP Bersihkan Bangunan Liar di Bantaran Sungai Batang Arau
WALHI Sumatra Barat: Bencana Ekologis di Sumbar Harus Dijadikan Momentum Perbaikan Tata Kelola
WALHI Sumatra Barat: Bencana Ekologis di Sumbar Harus Dijadikan Momentum Perbaikan Tata Kelola
Festival Muaro Padang Kembali Digelar, Padukan Nuansa Tempo Dulu dan Kekinian
Festival Muaro Padang Kembali Digelar, Padukan Nuansa Tempo Dulu dan Kekinian
TNI AL Aksi Bersih Kali di Batang Arau Diapresiasi Pemko Padang  
TNI AL Aksi Bersih Kali di Batang Arau Diapresiasi Pemko Padang  
Batang Arau Sungai Bersejarah di Kawasan Kota Tua Padang Kini makin Bersih
Batang Arau Sungai Bersejarah di Kawasan Kota Tua Padang Kini makin Bersih
WALHI Sumbar Desak Pemkab Pessel Sanki PT KPS yang Lakukan Pencemaran
WALHI Sumbar Desak Pemkab Pessel Sanki PT KPS yang Lakukan Pencemaran