Jakarta, Padangkita.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B Pandjaitan menyatakan pemulihan ekonomi di Indonesia berjalan cepat seiring dengan keberhasilan Indonesia menurunkan dan mengendalikan kasus Covid-19.
Menurut Luhut, saat ini Indonesia berada pada level 1 seperti halnya India, Jepang, China dan Thailand.
“Keberhasilan kita secara cepat menurunkan kasus dan mengendalikannya pada tingkat yang rendah, menyebabkan pemulihan ekonomi berjalan cepat. Perlu diketahui, di kawasan ini level 1 saat ini hanya India, China, Jepang, Indonesia, Thailand, lain itu level 2 dan seterusnya. Jadi negara kita ini negara besar dan telah diapresiasi banyak negara bahwa Indonesia mampu memanage COVID-19 dengan bagus,” ujar Luhut dalam acara “Indonesia Economic Oulook 2022 di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Namun, kendati telah berada pada level I, dia meminta masyarakat tidak lengah.
“Kita tidak boleh jumawa dengan posisi ini, karena apa saja bisa terjadi jika kita tidak disiplin. Jadi kata kunci di sini kita harus mematuhi arahan-arahan pemerintah” tegasnya.
Luhut memaparkan, terkendalinya kasus COVID-19 dan pembukaan ekonomi yang dilakukan secara bertahap mampu menahan perlambatan ekonomi pada triwulan III lalu.
Meski melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II sebesar 7,1 persen, tetapi realisasi triwulan III sebesar 3,5 persen lebih tinggi dari perkiraan awal sebelum PPKM diterapkan.
Penurunan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga, Investasi, dan Industri Pengolahan juga lebih rendah dibandingkan dengan periode PSB. Indikator tersebut, menurut Luhut menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia beradaptasi menghadapi pandemi COVID-19.
“Keberhasilan kita menurunkan kasus COVID-19 dengan cepat, mampu mendorong pemulihan ekonomi yang cepat. Indeks Keyakinan konsumen dari Bank Indonesia yang sempat turun ke tingkat pesimis karena penerapan PPKM, telah kembali pada tingkat optimis hanya dalam waktu tiga bulan,” urainya.
Saat ini Indeks Keyakinan Konsumen Oktober 2021 berada pada tingkat tertinggi di masa pandemi, yakni mencapai 113,4 dengan skala nilai optimis lebih dari 100. “Ini angka yang tadinya tidak kami duga, tapi kami bahagia bangsa ini mampu mengatasi keterpurukan tadi,” ungkap Luhut.
Dengan demikian, keyakinan konsumen yang meningkat mendorong masyarakat kembali melakukan aktivitas ekonomi. Data mobilitas yang dipantau oleh Google menunjukkan mobilitas masyarakat telah berada di atas kondisi pra-pandemi, didorong oleh aktivitas retail and rekreasi. Indeks belanja dari Bank Mandiri juga menunjukkan belanja masyarakat yang pulih ke tingkat sebelum pandemi sejak September lalu.
Pemulihan yang cepat juga terjadi pada aktivitas industri manufaktur. Berdasarkan Indikator PMI manufaktur Indonesia, terlihat sektor industri mengalami ekspansi tertinggi pada Oktober 2021 dan merupakan salah satu yang terbaik di negara ASEAN.
“Dan kita perlu catat sekarang sudah sekitar 126 hari dan COVID-19 betul-betul terkendali. Namun ini belum selesai. Kita harus hati-hati dan disiplin untuk terus mempertahankan posisi sekarang ini ke depan khusus lagi dalam menghadapi Natal dan Tahun Baru (Nataru) di mana presiden sudah hampir sampai final keputusan di mana kita akan melaksanakan level 3, untuk tanggalnya berapa lama itu baru akan diputuskan beberapa hari ke depan ini,” paparnya.
Lebih lanjut, Luhut menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi yang cepat di berbagai sektor akan tertangkap sepenuhnya pada triwulan IV 2021. Dirinya yakin bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen pada triwulan IV nanti.
“Sebagaimana tema outlook pada hari ini 'Mewujudkan Momentum Ekspansi Ekonomi', ekspansi ekonomi akan terus berlanjut dengan syarat kita mampu mengendalikan pandemi COVID-19 pada tingkat yang rendah, sehingga kita tidak lagi perlu menerapkan pembatasan sosial yang ketat yang berdampak besar terhadap perekonomian. Dan semua industri dengan Pedul Lindungi kita sudah buka 100%, karena dengan Peduli Lindungi semua bisa diketahui,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjut Luhut, Pemerintah mengambil pendekatan yang sangat hati-hati terutama menghadapi periode liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Belajar dari pengalaman tahun lalu, lonjakan mobilitas pada periode Nataru berdampak pada kenaikan kasus yang kemudian menyebabkan pemulihan ekonomi menjadi mundur.
Pendekatan yang hati-hati juga dimaksudkan untuk memberi waktu bagi tingkat vaksinasi masyarakat agar dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi, seperti targetkan vaksinasi dosis 1 dapat mencapai 80 persen dan vaksinasi dosis 2 dapat mencapai 60 persen pada akhir tahun.
“Dikombinasikan dengan penggunaan Peduli Lindungi yang lebih luas dan penguatan 3T, saya yakin pandemi COVID-19 tetap akan terkendali pada tahun depan, sehingga ekspansi ekonomi akan terus menguat. Di samping itu, kita melihat obat covid ini semakin maju, dan ini saya pikir langkah yang dilakukan agresif oleh Indonesia dalam bidang kesehatan,” paparnya.
Transformasi Ekonomi Indonesia
Selain menjaga kasus pada tingkat yang rendah, Menko Luhut memaparkan bahwa kunci untuk menjaga momentum ekspansi ekonomi adalah upaya bersama dalam melakukan transformasi ekonomi Indonesia.
“Saat ini, melalui upaya hilirisasi SDA, Indonesia telah berubah menjadi pemain penting dalam supply chain mobil listrik. Presiden sudah berikan arahan untuk Nickle Ore, dan lainnya. Kita akan membuat Indonesia berubah ke depan ini,” ujar Luhut.
Diketahui upaya hilirisasi SDA ini juga telah membuahkan hasil yang nyata. Ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD16,5 miliar hingga Oktober ini dan diperkirakan akan menembus USD20 miliar pada tahun 2021. Ekspor besi dan baja mampu membantu kinerja neraca transaksi berjalan yang mencatatkan surplus pada triwulan III 2021. Terjaganya defisit neraca transaksi berjalan akan membantu Indonesia dalam menghadapi risiko global normalisasi kebijakan moneter AS pada tahun 2022 dan 2023.
Baca Juga: Penyelamatan Danau Maninjau dan Singkarak Resmi Masuk Perpres, Luhut Ketua Dewan Pengarah
“Ke depan, kita tidak hanya berhenti di besi dan baja, tetapi produk lain seperti HPAL, battery cathode dan precursor. Terkait battery cathode dan precursor ini sudah berjalan, Indonesia melakukan kerja sama investasi dengan Inggris, untuk kemudian diekspor ke Eropa,” tuturnya.
Pemerintah juga terus mendorong kerja sama investasi dengan berbagai negara, salah satunya Uni Emirat Arab. Hasil kunjungan ke Uni Emirat Arab pada November lalu menghasilkan komitmen investasi hingga sebesar USD44,6 miliar di berbagai bidang.
Upaya meningkatkan investasi juga terus dilakukan melalui proses penyederhanaan perizinan sebagai implementasi dari UU Cipta Kerja. Melalui penyederhanaan perizinan berusaha ini Pemerintah optimis akan dapat memperbaiki iklim investasi di Indonesia sehingga dapat menarik investor lebih banyak lagi ke Indonesia.
“Berkaca dari keberhasilan kita menangani pandemi COVID-19, Saya yakin perekonomian Indonesia akan terus melanjutkan momentum ekspansinya. Dikombinasikan dengan upaya transformasi ekonomi melalui hilirisasi SDA dan perbaikan iklim investasi yang terus menerus, Indonesia akan mampu keluar dari pandemi COVID-19 dengan lebih kuat,” pungkas Luhut. (*/abe)