Lubuk Basung, Padangkita.com - Sektor pariwisata Sumatra Barat mulai menggeliat dengan telah dibukanya destinasi wisata setelah hampir semua daerah lepas dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level tiga dan empat.
"Aturan terkait tempat wisata dikaitkan dengan level PPKM masing-masing daerah, namun sekarang sudah cenderung membaik. Wisatawan bisa menikmati destinasi meski dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat," kata Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy saat meninjau Museum Green House Lezzatta, Jum'at (29/10/2021).
Pada kesempatan itu, Audy sekaligus meresmikan Surau Kayu Al-Ikra' Green House Lezzatta, Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, tingkat hunian hotel juga membaik. Pada Juli 2021 tercatat tingkat hunian hotel berbintang di Sumbar mencapai 28,13 persen naik menjadi 34,20 persen pada Agustus 2021. Sementara catatan PHRI Bukittinggi, tingkat hunian hotel di daerah itu naik menjadi 70-80 persen pada September 2021 hingga saat ini, terutama pada akhir pekan.
Audy mengatakan saat ini saatnya destinasi untuk berbenah terutama untuk kebersihan dan pelayanan agar wisatawan yang datang terkesan dan ingin berkunjung kembali.
"Tidak perlu berpikir tentang pengembangan dulu. Sekarang kita benahi yang sudah ada. Jaga kebersihan dan pelayanan," ujarnya.
Terkait Green House Lezzatta, ia memuji konsep yang ditawarkan berupa museum peninggalan lama, kebun bunga yang di tata sangat apik, pertanian hingga rumah tahfidz dalam balutan nuansa vintage. Apalagi cuaca di destinasi yang sejuk sehingga sangat mendukung untuk berwisata.
"Duduk menikmati kebun bunga di sini saya teringat Belanda," katanya.
Namun ia tetap mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan di area destinasi tetap dijaga secara disiplin karena meskipun penambahan kasus Covid-19 di Sumbar sudah melandai, namun tidak boleh abai karena kecenderungan di negara luar masih ada peningkatan kasus.
Bupati Agam Andri Warman mengatakan konsep yang ditawarkan oleh Green House Lezzata sejalan dengan program unggulan daerah yaitu peningkatan rumah tahfiz, wisata dan peningkatan kualitas pendidikan.
Owner Green House Lezatta, Eliana bercerita destinasi itu awalnya adalah tempat pembibitan, namun terus dikembangkan untuk wisata edukasi pertanian, budaya dan agama dengan nuansa vintage.
"Wisatawan yang datang seakan dibawa pada nostalgia yang bisa kembali diceritakan kepada anak-anaknya. Juga diberikan kesempatan untuk wisata edukasi pertanian serta agama," ujarnya.
Baca juga: Hotel di Sumbar Menunggu Mati, Okupansi di Titik Terendah Tanpa Kompensasi dari Pemerintah
Pengunjung hanya dikenakan biaya tiket sebesar Rp10-15 ribu dan telah bisa menikati semua fasilitas yang ditawarkan. "Kami juga berharap destinasi ini bisa memberikan kontribusi bagi pendidikan anak," ujarnya. [*/pkt]