Bukittinggi, Padangkita.com – Petak rumah yang berjajar di pinggir jalan raya itu cukup jauh dari kata bising. Pagar berwarna hitam setinggi bahu orang dewasa hanya cukup mengelilingi tiga unit sepeda motor yang terparkir di teras rumah. Pintu yang sedikit terbuka, menyiratkan kesibukan sejumlah anak muda di sana.
Sekilas, rumah yang beralamat di Jalan Kinantan Nomor 15B, Kelurahan Kubu Gulai Bancah, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) tampak seperti rumah biasa. Disain rumah itu tampak serasi dengan dua unit bangunan di sisi kiri, dan diapit sebuah warung kelontong di sisi kanan.
“Saya sudah hampir sampai di Kantor Bonsay, Pak. Nanti saya share lokasi. Lihat saja ada mobil sedan putih terparkir di depan pagar,” ujar Yeltra Armi memberi petunjuk lokasi yang bisa dijangkau hanya beberapa menit dari Taman Jam Gadang, Kota Bukittinggi.
Di rumah sederhana itu, Yeltra Armi mendirikan perusahaan rintisan berbasis teknologi yang kemudian ia labeli Bonsay, singkatan dari Belanja Online Sayur.
Yeltra Armi merupakan wanita multitasking. Selain ibu rumah tangga, dia adalah seorang akademisi yang sudah mengabdikan hidup sebagai dosen di bidang kesehatan. Hampir 12 tahun ia menjabat sebagai wakil rektor salah satu perguruan tinggi di Kota Wisata itu.
“Saya ingin usaha saya ini terus berkembang. Saya lagi nyari anak muda yang mahir menggunakan medsos. Bisa bikin video, dan mau kerja tetap untuk mempromosikan usaha saya. Kalau ada kenalan, tolong carikan satu,” tutur Yeltra Armi dijumpai Padangkita.com di kantornya itu, Sabtu (16/10/2021).
Sejarah kenapa bisnis ini ada, sambung Yeltra, karena ia tipe wanita yang tidak suka ke pasar. Sementara, sebagai ibu rumah tangga, memasak adalah rutinitas wajib yang harus dilakoni.
“Saya bekerja. Repot. Lalu, saya coba mencontoh bisnis yang sudah ada di Jakarta. Kebetulan suami mau support dan bisa membuatkan program berbasis IT,” katanya.
Setelah aplikasi dibuat, Bonsay akhirnya dirilis November 2019. Yeltra mulai memperkenalkan Bonsay kepada orang-orang terdekat. Mulai dari lingkungan kampus, rekan sesama pelaku UMKM, hingga kenalannya yang tergabung di berbagai grup WhatsApp.
“Alhamdulillah respon pasar cukup baik. Dalam waktu lima bulan sejak launching, angka download mencapai 10.000 pengguna,” katanya.
Sejumlah kebijakan yang berkaitan dengan pandemi seperti pembatasan operasional mal dan pengunjung pasar, turut mendongkrak usaha ini.
“Banyak pengguna yang takut kerumunan. Nah, kami ada menjawab solusi itu. Setidaknya, dengan belanja sayur secara online, ibu-ibu bisa tetap di rumah saja,” katanya lagi.
Setelah pondasi bisnisnya matang, Bonsay diikutkan Yeltra Armi dalam kompetisi Pahlawan Digital dan UKM Award 2020 yang digelar Kementerian Koperasi dan UKM. Bonsay pun ditasbihkan masuk nominasi 10 besar bisnis di Indonesia yang berdigitalisasi di masa pandemi tahun 2020.
“Alhamdulillah hadiahnya gratis biaya server seumur hidup,” tutur Yel, sapaan akrabnya.
Tidak hanya itu, tahun 2021 ini, Bonsay juga menyabet Juara 1 dalam kompetisi Entrepeneur Success Challenge yang diinisiasi Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy.
Dalam waktu singkat, usaha ini terus menunjukkan tren positif. Dua tahun beroperasi, Bonsay telah menyentuh angka 23.000 pengguna. Selain di Kota Bukittinggi, Bonsay juga buka cabang di Kota Padang, Kota Payakumbuh, serta Kota Pekanbaru dan Bangkinang di Provinsi Riau.
“Dari pagi hingga pukul 14.30 WIB ini, ada sekitar 50 orderan. Mulai dari yang belanja Rp6.000 hingga Rp24.000. Lihat untungnya, ada yang cuma Rp500, ada Rp3000,” jelas Yeltra menunjukkan aplikasi pembukuan di telepon genggamnya.
Dari layar smartphone ibu dua anak itu tertera jelas berapa pendapatan setengah hari yang sudah ia kumpulkan. Total belanja Rp6 jutaan dengan keuntungan Rp1 juta lebih.
“Bonsay ini tak lebih dari toko online. Sistemnya, kami beli ke petani atau ke pasar. Kami sortir yang berkualitas terbaik, kami kemas, lalu kami simpan di lemari pendingin,” sambungnya.
Setelah itu, setiap pelanggan tinggal memilih menu yang tersedia di aplikasi. Ada 400 jenis bahan makanan. Mulai dari sayur, buah, ikan kering, hingga aneka rempah dan bumbu dapur.
“Di Bukittinggi ini, kami bekerjasama dengan Jam Gadang Kurir. Untuk di kota lain, ada kurir khusus. Pesanan bisa diantar langsung ke rumah pelanggan dengan jangkauan 15 kilometer,” ungkapnya.
Lebih rinci, Kepala Divisi Keuangan dan Administrasi, Sri Wina Verdilla yang duduk di samping Yeltra mulai angkat bicara. Ditanyakan adakah petani langganan yang bisa diwawancara, Wina menggeleng.
“Jam segini nggak ada lagi, Bang. Biasanya barang masuk pukul 7 pagi. Tim kami pergi ke pasar lebih awal agar bisa berburu yang segar-segar,” ujar Wina.
Karena jualan utama Bonsay adalah aneka ragam sayuran, otomatis usaha ini tidak menumpuk persediaan dalam jumlah banyak.
“Sesekali, ada juga warga yang menawarkan hasil pertaniannya. Misalnya baru saja panen terong dan jagung. Dia nanya apakah Bonsay mau nambah stok atau tidak. Tentu kami cek dulu. Jika isi kulkas sudah menipis, kami akan ambil, begitu sebaliknya," terangnya lagi.
Apakah Bonsay juga melayani pembeli secara offline? Wina sekali lagi geleng-geleng kepala.
“Tidak ada yang beli langsung ke sini. Kami hanya melayani online saja. Eh, hanya ada satu orang, Ibuk tuh,” ujar Wina terkikik sambil memberi isyarat ke bosnya.
Petani dan Konsumen Saling Untung
Anwar, 38 tahun, salah satu penyuplai sayuran yang sudah dua tahun ini bekerjasama dengan Bonsay, mengaku bahagia hasil panen yang ia tawarkan terjual laris.
“Saya turun tangan mengumpulkan langsung ke kebun warga. Saling untung lah. Mereka tidak perlu lagi menjual hasil panen jauh ke pasar atau lewat agen (tengkulak,red). Saya jemput ke kebunnya, saya bayar tunai. Dengan berlangganan langsung ke petani, maka sayur yang saya suplai ke Bonsay tentu lebih segar,” katanya.
Ditanyakan pendapatnya tentang berjualan sayur secara online, Anwar tidak menampik bahwa era digital merubah banyak hal dalam sisi kehidupan manusia.
"Selain membantu petani, warga sebagai konsumen pun tertolong. Tinggal klik, sayur bisa sampai di rumah. Tiap lembar daunnya kami bersihkan, yang menguning kami buang. Bahkan, untuk ikan dan daging, darahnya pun tidak ada lagi. Semua sudah bersih dan bisa langsung dimasak, tentu ini sangat memudahkan pembeli,” katanya.
Novia Rosa Sunardi, salah satu pelanggan Bonsay di Kota Payakumbuh memberi testimoni di halaman Facebook miliknya. Ia mengaku tertarik berbelanja sayur secara online karena kualitas layanan dan promo menarik.
“Alhamdulillah awal bulan dimulai dengan kejutan dapat voucher 15 persen dan free ongkir tiga kali. Semoga Bonsay selalu banyak yang beli," tulisnya.
Novia menilai belanja kebutuhan dapur secara online lebih efektif dan bisa menghemat waktu.
"Bahan ikan, daging, ayam, dan tulang, semua sudah dibersihkan. Untuk saya yang beranak dua, kelamaan di dapur untuk cuci-cuci, kadang anak nangis sedang bersihkan ikan,” tambah Novia.
“Belanja di Bonsay kebantu banged untuk urusan isi kulkas. Kalau tidak ada bahan di aplikasi, tinggal chat minta tolong cariin bahannya. Besok paginya baru di check out,” tutupnya.
Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki berharap usaha Bonsay yang diusung Yeltra Armi beserta para finalis Pahlawan Digital dan UKM Award 2020 bisa menjadi role model pelaku UMKM di masa depan.
"Saya berharap para finalis menjadi partner kami untuk mengembangkan UMKM di masa depan. Di tengah pandemi ini ternyata banyak sekali muncul UKM yang kreatif. Saya memberi apresiasi yang setinggi-tingginya untuk mereka," kata MenkopUKM di Jakarta, Selasa (15/12/2020) lewat acara Ngopi Bareng Teten Masduki Bersama Finalis UKM Award dan Pahlawan Digital 2020.
Siaran pers yang tertera di laman resmi KemenkopUKM itu diamini Yeltra Armi. Dikonfirmasi hal itu, Yeltra berharap Bonsay kelak bisa memberi wadah lapangan kerja seluas-luasnya.
"Saya sebagai pelanggan setia Tokopedia tentu ingin pula usaha rintisan ini berkembang pesat. Suatu hari nanti buka cabang di mana-mana, kalau bisa menjadi Startup Unicorn pula," tutup Yeltra. [rif/pkt]