Padang, Padangkita.com - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas telah melantik Helmi sebagai Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sumatra Barat (Sumbar) pada Rabu (13/10/2021).
Sehari usai dilantik, Alumni Fakultas Dakwah Uiniversitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang yang saat itu masih bersatus sebagai Institut Agam Islam Negeri (IAIN) menceritakan kisahnya sebelum dilantik.
Sesampainya di Padang, Helmi disambut jajaran Kanwil Kemenag Sumbar, ia juga bersilaturrahmi dengan Pelaksana Tugas Kakan Kemenag Sumbar, H. Syamsuair.
Menurut Helmi, dua minggu sebelum dilantik, ia mengikuti seleksi terbuka Calon Jabatan Tinggi Pratama untuk Kakanwil Kemenag Sumbar, yaitu pada 24 Agustus 2021.
Perjalanan panjang sebelum menjabat sebagai Kakanwil Kemenag Sumbar telah dilalui Helmi. Bahkan, ia juga pernah menjadi guru di Madrasah Aliyah YDSI Islamic Centre Padang Pariaman.
Awal karir sebagai PNS, kata Helmi, ia mengabdi sebagai CPPN di KUA Kecamatan Sipora, Kabupaten Padang Pariaman tahun 1995.
Kemudian, sejak 2005 sampai 2017, Helmi sudah menjadi eselon IV dan ia juga sempat menjabat sebagai Plt Kakan Kemenag Padang Pariaman tahun 2016.
Lalu, tahun 2017 sampai 2021, Helmi menjabat sebagai Kakan Kemenag Padang Pariaman.
Diketahui, Helmi merupakan putra kelima dari delapan bersaudara, ia lahir di Koto Nagari Bunguih, Kecamatan Bungus Teluk Kabung pada 1 Maret 1970.
Helmi adalah putra dari Buya Sawi Tuanku Malin Putih, tokoh agama di Bunguih.
Atas capaiannya saat ini, Helmi juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah turut membantu. "Ini semua tak luput dari dukungan Bapak Syamsuir, karena memotivasi seluruh pejabat eselon III Sumbar untuk ikut open Beading jabatan Tinggi Pratama. Bahkan, beliau ikut membantu mengurus rekomendasi dari Sekjen," ujar Helmi.Sebelum sah dan dilantik jadi Kakan Kemenag Sumbar, ucap Helmi, tahapan demi tahapan telah ia lalui. "Kita ikuti tahapan hingga tahapan. Setelah lolos administrasi, kita ikuti tes kompetensi, akademik dan psikotest. Kemudian, kita juga mengikuti inbook eksersice, bagaimana kita mengisi soal dan kita jawab dalam bentuk telaah staf atau disposisi," paparnya.
Setelah diumumkan, lanjut Helmi, keluarlah delapan nama calon (lima dari Sumbar dan 3 dari luar Sumbar) untuk mengikuti tes berkaitan dengan trugas-tugas Kementerian Agama dan program prioritas jika lulus dijabatan tinggi pratama.
“Saat itu saya mengambil tema Penguatan Moderasi Beragama dan Revitalisasi Surau di Sumatra Barat. Pemilihan tema pun menjadi penilaian. Saat itu kita diberi komputer kosong, dipersilakan menulis dengan waktu terbatas. Struktur makalah juga sudah ditentukan maksimal 3 halaman dan 1 spasi. Dari makalah itu kita membuat power poin dan terakhir wawancara,” jelasnya.
Lalu, ucap Helmi, ia dapat telepon dari Sekjen dan diperintahkan ke Jakarta bersama istri dengan syarat masih dirahasiakan sampai kita terima surat resmi.
"Setelah sampai di Jakarta, kita dikirimi surat resmi menghadiri pelantikan. Sebelumnya, kita sudah melakukan PCR, karena apapun kondisinya, kami bertekad kembali ke padang. Alhamdulillah, Rabu kita dilantik Menteri Agama dengan protokol kesehatan yang ketat. Yang boleh hadir di ruangan pelantikan hanya pejabat yang dilantik beserta istri, pejabat eselon I dan Mentri Agama," ungkapnya.
Ziarahi Makam 2 Tuanku Bunguih, Makam Kakek dan Ayahnya
Sebagai alumni santri salah satu Pondok Pesantren di Sumbar, Helmi dikenal sebagai pribadi yang taat beragama.
Usai temu ramah bersama jajaran Kanwil Kemenag Sumbar, Helmi langsung menuju kampung halamannya untuk berziarah ke makam kakek dan ayahnya yang merupakan Tuanku Bunguih.
Diketahui, Helmi banyak menimba ilmu agama dari ayah dan kakeknya yang merupakan tokoh dan pengembang pendidikan di Nagari Bunguih.Pendidikan mengaji di Surau Labuah Bunguih dijalaninya di bawah asuhan Buya Kariman Tuanku Labuah Bunguih yang merupakan kakeknya dan Buya Sawi Tuanku Malin Putih yang merupakan ayah kandungnya.
“Secara zahir kita punya orang tua, ketika beliau meninggal, maka kita harus ingat dan mendoakannya. Sesibuk apapun kita, harus mengutamakan orang tua, jika mereka sudah tiada maka ziarahi kuburnya," - Helmi
Dikatakan Helmi, Buya Sawi Tuanku Malin Putih sebelum meninggal sempat terjatuh saat menyapu surau. Sempat dirawat di Padang Pariaman dan Kota Padang. Selama mengikuti proses open beading Helmi juga tak henti-henti minta restu kepada kedua orang yang telah berjasa dalam hidupnya itu. Ia seringberziarah disela-sela proses yang ia jalani.
"Ziarah kali ini bukan bermaksud apa-apa, bukan mengkultuskan orang, tapi kita ingat ilmu yang ditinggalkannya. Mudah-mudahan berkah juga untuk kita dan masyarakat Bungus pada umumnya," ujar Helmi.
helmi juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat dan pejabat yang hadir untuk tetap menghormati dan memuliakan orang tua.
Baca Juga: Seleksi Calon Kakanwil Kemenag Sumbar Masuk Tahap Akhir, Peserta Telah Ikuti Tes Wawancara
“Secara zahir kita punya orang tua, ketika beliau meninggal, maka kita harus ingat dan mendoakannya. Sesibuk apapun kita, harus mengutamakan orang tua, jika mereka sudah tiada maka ziarahi kuburnya,” katanya Helmi. [*/zfk]