Padangkita.com - Haji Agus Salim merupakan salah satu tokoh politik dan tokoh agama yang sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia. Ia sosok yang keras dan tegas.
Agus Salim menentang dengan lantang segala hal yang menurutnya tidak memiliki dasar dan landasan yang kuat. Salah satunya ketika dia menolak berdiri saat lagu Wilhelmus dinyanyikan di sebuah kapal dalam sebuah perjalanan.
Dosen dan peneliti dari Universitas Leiden, Suryadi Sunuri mengatakan berdasarkan laporan dari Majalah Pembela Islam yang terbit pada 1930, Haji Agus Salim menolak berdiri berdiri ketika lagu kebangsaan Belanda Wilhelmus dibunyikan di atas kapal J. P. Coen di Pelabuhan Port Said di Mesir. Hal ini disebabkan rasa nasionalisme kebangsaan yang tinggi dari Agus Salim, yang lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
"Penolakan untuk menghormati lagu kebangsaan Negara Belanda tersebut didasari oleh rasa nasionalisme yang tinggi dari Agus Salim," kata Suryadi Sunuri.
Meski demikian, menurut Suryadi, penolakan penghormatan yang dilakukan oleh Agus Salim dilakukan dengan cerdas dan bijaksana. Dia tidak mengeluarkan rasa marah maupun hal buruk lainnya. Sehingga gelar 'diplomat ulung' memang pantas disematkan kepadanya.
Suryadi menceritakan saat kapal J. P. Coen mau berangkat dari Pelabuhan Port Said di Mesir, para penumpang mengadakan sebuah pesta di dalam kapal. Para penumpang di dalam kapal pun berjoget dan bersenang-senang, sedangkan Haji Agus Salim dan beberapa penumpang lainnya tetap duduk.
Mereka mengajak Agus Salim untuk ikut serta, namun dirinya menolak dengan halus ajakan tersebut.
Ketika lagu kebangsaan Belanda Wilhelmus dinyanyikan sontak semua penumpang yang duduk pun akhirnya berdiri, namun tidak dengan Agus Salim. Dia tetap duduk di tempatnya. Para penumpang memintanya untuk berdiri, namun dia tetap acuh saja.
"Agus Salim duduk saja, padahal penumpang lain memintanya untuk berdiri," kata Suryadi berdasarkan laporan dari Majalah Pembela Islam, No. 11, 1 Agustus 1930, halaman 42.
Akhirnya seorang penumpang kapal mengadukan hal tersebut kepada kapten kapal. Lantas kapten kapal pun menemui dan mempertanyakan hal tersebut.
Atas pertanyaan tersebut, Agus Salim menjawab "tempat itu tempat kesenangan dan pesta, siapa suka boleh ikut, yang tidak suka diam saja".
Dia pun melanjutkan, 'orang yang berdiri saat menyanyikan lagu Wilhelmina atau saat menyanyikan lagu kebangsaan negara lain, apa dasar dan hukumnya? sayangnya, hingga saat ini belum ada lagu yang menyuruh orang-orang untuk sama-sama duduk".
Atas pernyataan Agus Salim itu, sang kapten kapal pun berlalu pergi.