Berita Pesisir Selatan hari ini dan berita Sumbar hari ini: Buku yang sudah robek sebagian dan ada yang berbau itu harus terus digunakan.
Painan, Padangkita.com – Guru dan murid di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 20 Jalamu, Nagari IV Koto Hilia, Kecamatan Batangkapas, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) harus belajar dengan buku-buku rusak sisa banjir.
Buku yang sudah robek sebagian dan ada yang berbau itu harus terus digunakan karena ketiadaan biaya untuk menggantinya.
Kepala SDN 20 Jalamu, Yusneti menyebutkan, buku itu rusak karena direndam banjir bandang beberapa kali pada tahun 2019 dan 2020, dan hingga kini belum bisa diganti.
Meski rusak, para guru dan murid masih tetap memanfaatkan buku tersebut, karena pihak sekolah belum bisa mengakomodir untuk membeli buku baru secara keseluruhan.
Yusneti menjelaskan, buku yang dipakai sisa rendaman banjir itu, sebelumnya dijemur hingga dua bulan. Setelah kering dan bisa dibuka lembaran buku satu per satu, maka guru dan murid kembali bisa memanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran.
Hal itu terpaksa dilakukan demi melanjutkan kegiatan belajar menjelang dapat membeli buku baru secara bertahap.
"Dana bantuan operasional sekolah (BOS) saja tidak cukup untuk membeli buku baru. Sebab, sudah hampir keseluruhan buku tema pelajaran di sekolah kami yang rusak akibat rendaman banjir," jelas Yunesti saat diwawancarai Padangkita.com, Jum'at (11/6/2021).
Dia melanjutkan, dalam satu tahun, anggaran dana BOS yang bisa digunakan untuk pembelian buku pelajaran hanya Rp12 juta dari total 103 orang jumlah murid di sekolah itu. Sementara, lanjut dia, kalau dihitung kebutuhan buku tema pelajaran untuk kebutuhan seluruh murid bisa mencapai Rp100 juta.
"Ini saja, buku yang kami pakai sebagian masih buku sisa rendaman banjir. Hampir dua bulan kami jemur, agar masih bisa kami pakai lagi," ujarnya.
Yusneti menceritakan, sekolah yang dia pimpin hampir tiga tahun ini, sudah menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba. Luapan Sungai Salak Jalamu di daerah itu kerap memasuki ruangan kelas dan perpustakaan.
Alhasil, buku-buku tema pelajaran dan alat peraga serta mobiler direndam air hingga bercampur lumpur.
"Ya mau gimana lagi, setiap tahun sekolah kami tidak luput dilanda banjir. Karena dibelakang sekolah kami ini dekat dengan sungai," ujarnya.
Untuk membantu kebutuhan kelengkapan buku pelajaran di sekolah, Yusneti menyebut sudah berupaya untuk membuat proposal ke dinas terkait dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun, hingga kini belum membuahkan hasil.
"Ke DPRD kita juga sudah usulkan, bahkan ke Dinas Pendidikan sudah berulangkali disampaikan. Namun belum ada tanda-tanda bantuan," ulasnya.
Sementara itu, Daskom, Anggota DPRD Pessel Dapil II mengatakan, anggaran dana pokok-pokok pikiran (Pokir) pada tahun 2021 dan 2022 belum bisa untuk membantu usulan bantuan tersebut.
Kata Daskom, dana pokir senilai Rp1 miliar sudah dianggarkan untuk kegiatan pembangunan jalan kampung di beberapa titik di dapilnya.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan BBM untuk Melaut, SPBU untuk Nelayan Hadir di Pesisir Selatan
"Kalau tahun sekarang dan 2022 mendatang tidak bisa lagi, paling tahun 2023," katanya. [nik/pkt]